Pemindahan Ibu Kota Negara
Jatam: Pemindahan Ibu Kota Terburu-buru, Terkesan Kejar Proyek Ratusan Triliun
Koordinator Jatam Nasional, Merah Johansyah menilai rencana pemindahan ibu kota negara tidak diikuti dengan publikasi kajian ilmiah yang mendukung.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro pernah menuturkan bahwa wilayah Kalimantan Timur aman karena bukan merupakan jalur bencana, dikutip dari Kompas.com.
Dari peta potensi bencana, wilayah Kalimantan sendiri berada di warna hijau yang relatif aman dari bencana.
Kantor Camat Penajam di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. (WIKIPEDIA)
Berbeda dengan Pulau Jawa, Sulawesi bahkan Papua yang masuk ke dalam zona merah.
"Akhirnya kita memutuskan dari peta strategis adalah Kalimantan, karena risiko gempa kecil yang ada bencana asap kebakaran hutan, itu pun hanya beberapa area lahan gambut," kata Bambang di Kantor Bappenas, Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Visualisasi gempa, kecil-menengah-besar di Indonesia dalam kurun waktu 40 tahun, 1973-2013
2. Punya wilayah Luas
Kalimatan Timur memiliki lahan deliniasi yang luas yakni 180.000 hektar, dengan lahan potensial mencapai 85.000 hektar, seperti dikutip dari Tribunnews.com.
Untuk wilayah Samboja saja, lebih luas dari ibu kota negara saat ini yakni Jakarta.
Wilayah Balikpapan dan Penajam Paser Utara dipisahkan oleh selat. (GOOGLE MAP)
Menurut data dari BPS, Jakarta memiliki luas sebesar 662,33 kilometer persegi.
Sedangkan Samboja memiliki luas 1,5 kali lipat lebih besar dari Jakarta yakni seluas 1.045,9 kilometer persegi.
3. Kepadatan penduduk rendah
Samboja diketahui memiliki tingkat kepadatan penduduk yang cukup rendah dibandingkan dengan Jakarta, seperti dikutip TribunJabar.id.
Angka kepadatan penduduk di Samboja adalah 54,3 jiwa per kilometer persegi.
Pada per 2017 saja daerah Samboja hanya memiliki 63.128 jiwa.
Berbeda sekali dengan Jakarta yang memiliki kepadatan penduduk sekitar 15.663 jiwa per kilometer persegi.