Rusuh di Papua
Kapolda Papua Barat Siapkan Antisipasi Sikapi Isu Massa Akan Kembali Berunjuk Rasa
Sepekan usai kerusuhan di Papua Barat, beredar informasi massa akan kembali turun ke jalan untuk berunjuk rasa.
TRIBUNNEWS.COM, MANOKWARI - Sepekan usai kerusuhan di Papua Barat, beredar informasi massa akan kembali turun ke jalan untuk berunjuk rasa.
Kapolda Papua Barat Brigjen Pol Herry Rudolf Nahak mengaku telah mendengar informasi tersebut.
Ia pun telah mengumpulkan para pejabatanya untuk mengantisipasi kemungkinan terulangnya kejadian seperti unjuk rasa sebelumnya.
"Kita masih tunggu informasi katanya ada lagi besok mau turun ke jalan, kita komunikasikan dan coba antisipasi," kata Herry Rudolf Nahak, di Manokwari, Minggu (25/8/2019).
Menurut Herry, meski belum jelas, ia tetap mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi.
"Informasi berkembang, ada yang bilang mau turun lagi, ada yang bilang nggak, tapi kita antisipasi juga, semoga kejadian tak terulang," ujarnya.
Baca: 4 Tengkorak Manusia di Kebun Warga Banyumas Diduga Satu Keluarga, Menghilang Sejak 5 Tahun Lalu
Baca: Kemensos dan BRI Pastikan 1130 KPM PKH di Kabupaten Sampang Mendapatkan Haknya
Baca: Resepsi Pernikahan Meyriska dan Roger Danuarta Padukan Dua Budaya Berbeda
Baca: Resepsi Pernikahan Meyriska dan Roger Danuarta Padukan Dua Budaya Berbeda
Herry mengatakan, pasca-kerusuhan, pihaknya telah rutin berdialog dengan tokoh-tokoh dan pimpinan pengunjuk rasa.
Ia meminta para pemimpin pengunjuk rasa, menahan massanya agar tak kembali turun ke jalan.
"Kita secara intens melalui anggota melakukan dialog dengan tokoh dan para pimpinan pengunjuk rasa. Kita komunikasi ke mereka dan meminta agar tak usah lagi turun ke jalan," kata dia.
Lanjut Herry, tak hanya dialog dengan pengunjuk rasa, Ia juga melibatkan tokoh agama untuk dapat menenangkan massa.
"Kita perbanyaklah dialog, ada juga turun ke gereja, dan dialog ke pemuka agama agar menenangkan umatnya. Kita semua tak mau kejadian seperti yang beberapa hari llu itu terulang lagi," pungkasnya. (tribun-timur.com)
Menkopolhukam bertemu sejumlah tokoh
Menteri Koordinator Politik, Hukum, Kemananan, (Menkopolhukam) Wiranto didampingi Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian melaksanakan kunjungan kerja di Manokwari, Papua Barat, Kamis (22/8/2019).
Menkopolhukam, Kapolri, dan Panglima TNI menemui tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda Kabupaten Manokwari, di Swiss-Belhotel Manokwari.
Pertemuan dilakukan pasca-kerusuhan yang terjadi di sejumlah daerah di Papua dan Papua Barat.
Wiranto juga didampingi Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan.

Dalam kesempatan tersebut Wiranto menyampikan kedatangannya bersama petinggi TNI-Polri bukan untuk mengawasi terkait kerusuhan, melainkan menyalami dan bersilaturahmi.
"Kita gembira bisa langsung menemui teman-teman semua di Sorong dan Manokwari. Tujuan kami datang ke sini bukan untuk mengawasi atau memata-matai, tapi menyalami saudara kita terutama setelah insiden yang kita sesalkan bersama," tutur Wiranto.
Wiranto mengatakan, sebelum bertolak ke Papua Barat, ia bersama Panglima TNI dan Kapolri telah menemui Presiden Joko Widodo terlebih dahulu.
Baca: Menteri Sofyan Djalil: Sudah Diputuskan, Ibu Kota Baru di Kalimantan Timur
Baca: Legislator Gerindra Merasa Dilangkahi Pemerintah yang Putuskan Ibu Kota Baru di Kaltim
Baca: Program Diskon Khusus di Ajang Pameran Material dan Bahan Bangunan IndoBuildTech Fase ke-2
"Beliau berpesan, pertama sampaikan salam persaudaraan dari kepala negara kepada seluruh kepala daerah dan rakyat Papua dan Papua Barat," kata dia.
Lanjut Wiranto, insiden yang terjadi sebelumnya dan menyebabkan kerusuhan di beberapa daerah di Papua murni ulah oknum tertentu.

"Kita yakin insiden ini dipicu bukan karena kita tak menghormati saudara warga Papua, atau karena kita melecehkan. Pelecehan dan penghinaa disusul aksi demonstrasi yang sampai membakar, itu semua tak ada kesengajaan tapi ada oknum yang tak bisa menahan diri sampai terjadi begitu," kata dia.
"Ini perbuatan oknum yang memang hobinya begitu. Bertahun-tahun kami hadapi orang usil di medsos, karena memang medsos kita sudah terlalu bebas sekali," sambungnya.
Baca: Reaksi Prada DP Ketika Mendengar Dirinya Dituntut Penjara Seumur Hidup
Baca: Program Diskon Khusus di Ajang Pameran Material dan Bahan Bangunan IndoBuildTech Fase ke-2
Menurutnya, modal dalam menghadapi hasutan dan hinaan serta adu domba adalah sabar, berfikir positif, dan saling memafaatkan.
"Saya gembira kejadian penyulut emosi berlangsung cepat dan segera berakhir, karena kesadaran kita semua, bahwa itu tak perlu dilanjutkan," imbuhnya.

Lanjut Wiranto, perusakan fasilitas yang dilakukan di sejumlah daerah sangat disesalkan, karena infrastruktur itu dibangun dari keringat dan uang rakyat.
"Ini dibangun untuk kesejahteraan, butuh lama membangun tapi dirusak bisa satu jam saja. Ini pelajaran bagi kita. Kalau ada emosi karena oknum, kita selesaikan secara musyawarah mufakat, tidak perlu terpancing," harapnya.
"Dengan peristiwa kemarin itu, merupakan pelajaran berharga untuk kita sadari bahwa merawat kebersamaan dan persatuan itu sebuah keniscayaan. Mau tak mau harus dilaksanakan," pungkasnya. (tribun-timur.com)
Tindak tegas
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memerintahkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk segera menindak tegas pelaku rasisme kepada mahasiswa asal Papua di asrama Surabaya, Jawa Timur, beberapa lalu.
"Saya juga telah memerintahkan Kapolri untuk menindak secara hukum, tindakan diskriminasi ras dan etnis yang rasis secara tegas," ujar Jokowi di Istana Bogor, Kamis (22/8/2019).
Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Tito Karnavian menindak tegas aparanya yang diduga melakukan rasisme.
Baca: Haji Pasangan Suami Istri asal Madura Ditinggal di Jeddah
Baca: Samsung akan Optimalkan Kue Pasar Ponsel Black Market yang Hilang
Baca: ABG Berusia 15 Tahun asal Musirawas Jadi Korban Persetubuhan, Begini Kejadiannya
Baca: Syuting Film Rumah Kentang, Luna Maya Totalitas Syuting di Tengah Kebun
"Presiden kemarin juga sudah menyampaikan kepada Panglima TNI (dan Kapolri), kalau memang ada aparatnya yang nyata-nyata melakukan hal seperti itu (rasis), tindak, enggak ada alasan," ujar Moeldoko di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (22/8/2019).
Menurutnya, permintaan Jokowi tersebut disampaikan secara langsung ke Panglima TNI tadi malam, setelah mendarat di Jakarta usai kunjungan kerja dari Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Presiden langsung mengumpulkan Panglima TNI, Kapolri, dan Menko Polhukam untuk membicarakan di antaranya persoalan itu (kerusuhan Papua akibat dugaan rasisme)," ucap Moeldoko.
Mantan Panglima TNI itu menilai gejolak di Papua dan Papua Barat memang terjadi dari dugaan rasial kelompok masyarakat dan aparat kepada mahasiswa asal Bumi Cendrawasih itu.
"Ini enggak boleh terjadi (aparat rasialis). Siapa pun enggak boleh terjadi, apalagi selaku, walaupun itu oknum ya, jelas-jelas oknum yang tidak memahami situasi lingkungan yang begitu dinamis," paparnya.