Mati Listrik di Ibukota dan Sekitarnya
Soal Jokowi Marah pada PLN, Istana Menilai Wajar hingga Makna Istilah 'Orang-orang Pintar'
Soal Jokowi marah di Kantor PLN, Istana menilai wajar hingga penjelasan ahli bahasa mengenai istilah 'orang-orang pintar'.
Padahal Jokowi ingin mengetahui alasan mengapa gangguan bisa terjadi beserta solusinya agar tak terulang kembali.
"Walaupun secara teknikal setelah dijelaskan kan paham gitu ya. Tapi yang lebih penting lagi bagaimana memitigasi kalau terjadi sesuatu," jelasnya.
"Manajemen resiko, memitigasi, perlunya menangani langkah-langkah emergency sangat ditekankan oleh presiden dan jangan lengah. Kalau terjadi ini bagaimana," lanjut dia.
Penjelasan ahli bahasa

Mengutip dari Kompas.com, Ahli Bahasa Sastra Jawa dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Prof Sahid Teguh Widodo, memberikan penjelasan terkait istilah "orang-orang pintar" yang digunakan Presiden Joko Widodo saat mendatangi Kantor PLN, Senin (5/8/2019) pagi.a
Saat mengunjungi Kantor PLN, Jokowi menanyakan apakah pihak PLN tidak memperkirakan kejadian mati listrik di Jabodetabek dan sebagian Pulau Jawa sehingga masyarakat tahu sebelumnya.
“Pertanyaan saya, Bapak, Ibu, semuanya kan orang pintar-pintar, apalagi urusan listrik kan sudah bertahun-tahun."
"Apakah tidak dihitung, apakah tidak dikalkukasi kalau akan ada kejadian-kejadian sehingga kita tahu sebelumnya? Kok tahu-tahu drop," ujar Jokowi, Senin.
Menurut Sahid, istilah Jokowi tersebut merupakan tindakan yang mencerminkan budaya sebagai orang Jawa.
“Jawa itu tempatnya hal-hal semu atau tidak jelas, tapi untuk keperluan yang sangat jelas."
Baca: Saat Dua Menteri Jokowi Bungkam Ditanya Listrik Padam
Baca: Di Mana Rini Soemarno saat Jokowi Sambangi Kantor PLN? Ini Penjelasan Stafnya
"Artinya sesuatu yang jelas itu diumpamakan menggunakan kata-kata yang lain, yang sifatnya kadang malah justru indah, tapi sebenarnya untuk memukul,” jelas Sahid saat dihubungi Kompas.com melalui telepon, Senin.
Lebih lanjut, Sahid menyebut cara marah Jokowi kerap ditunjukkan Presiden Soekarno, yang sering menggunakan cara Jawa.
“Dalam konsepsi Jawa Tradisional, ‘wong pinter’ itu, pertama, artinya orang yang sepuh (matang), orang yang ono babagan sak kabehe (segala sesuatu ada di dia)."

"Dua, wong kang ngerti sak durunging winaras (mengetahui segala hal sebelum terjadi),” tutur Sahid.
Artinya adalah orang pintar bisa membaca tanda-tanda sebelum terjadinya sesuatu dan mengambil tindakan antisipatif agar tak terjadi sesuatu fatal.