Senin, 6 Oktober 2025

Gempa di Banten

Mungkinkah Terjadi Gempa Susulan Setelah Gempa Banten? Ini Analisis Ahli

Gayatri menerangkan, untuk karakteristik gempa dengan kedalaman seperti ini umumnya sesar tidak bisa dipetakan.

Editor: Hasanudin Aco
USGS
Peta lokasi gempa di perairan Banten, Jumat (2/8/2019) malam.(USGS) 

TRIBUNNEWS.COM, BANTEN - Gempa Banten dikabarkan bermagnitudo 7,4 terjadi Jumat (2/8/2019) pukul 19.03 WIB. Gempa ini terasa cukup lama di Jakarta, Lampung, Yogyakarta, Banyuwangi, sampai Mataram. Gayatri Indah Marliyani, pakar Tektonik Aktif Geologi Gempa Bumi dari Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM, mengatakan, sebaran getaran gempa tidak hanya terasa sampai Yogyakarta, Banyuwangi, tapi juga sampai Mataran.

"Karakteristik gempa merata seperti itu, biasanya (pusat) gempanya ada di bagian dalam dari zona subduksi. Atau istilah geologinya intra-slab," ujar Gayatri dihubungi Kompas.com, Jumat (2/8/2019).

Hal ini biasanya karena ada lempeng samudera yang pecah, retak, atau patah sehingga hiposenter agak dalam dan getarannya bisa terasa sampai ratusan bahkan mungkin ribuan kilometer.

Baca: 4 Fakta di Balik Gempa Banten, Potensi Tsunami Hingga Rusak Ratusan Rumah

Gayatri menerangkan, untuk karakteristik gempa dengan kedalaman seperti ini umumnya sesar tidak bisa dipetakan.

"Karena dia (patahan) ada di bagian bawah zona subduksi, jadi gempa justru terjadi di batas-batas lempeng yang robek di bawah itu. Sehingga sesarnya sendiri tidak bisa dipetakan karena dia di lempeng samudera," papar Gayatri.

Gayatri menyebut, gempa di lempeng samudera memiliki karakteristik "lebih liat".

Istilahnya, tidak membentuk patahan yang konsisten atau bergerak. "Ini agak beda dengan gempa megathrust," ungkap dia.

Mungkinkah terjadi gempa susulan?

Gayatri menerangkan, gempa yang terjadi di zona intra-slab jarang memunculkan gempa susulan.

Ini karena di intra-slab sedikit lebih liat dan hiposenter cukup dalam.

"Gempa ini tidak seperti gempa di atas (gempa dangkal) yang memiliki sesar-sesar kecil dan menimbulkan gempa-gempa susulan yang kecil (kekuatannya)," jelas Gayatri.

"Kalau gempa di bawah (dalam) cenderung lebih cepat recovery atau lebih cepat kembali ke posisi awal. Sehingga gempa susulan tidak banyak, berbeda dengan gempa yang sesar," tukas dia.

Gayatri juga menyinggung, gempa dengan kedalaman 48 kilometer ini tidak akan menimbulkan tsunami.

Sesar naik

Pakar tsunami dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Abdul Muhari, mengatakan bahwa gempa terjadi dengan mekanisme sesar naik.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved