Minggu, 5 Oktober 2025

Eksklusif Tribunnews

Mimpi Vanda Astri Korisano Ingin Terbang Bersama Almarhum Orang Tua

Sedari kecil ia sudah mencintai dunia penerbangan. Ia suka dengan aktivitas di bandara.

Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Vanda Astri Kolisano, pilot asal Papua berpose saat melakukan wawancara khusus dengan Tribunnews.com, di Jakarta, Jumat (2/8/2019). Vanda Astri Kolisano menjadi pilot perempuan pertama asal Papua yang direkrut maskapai Garuda Indonesia. Ia lulus dari pendidikan diploma untuk Aviation for Airline Preparation di Nelson Aviation College Selandia Baru, pada Januari 2018. Pendidikan itu ia tempuh selama 3 tahun sejak 2015. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Vanda Astri Korisano merupakan satu di antara dua pilot pertama perempuan asal Papua. Perjuangan untuk menggapai mimpinya tidak lah mudah.

Sedari kecil ia sudah mencintai dunia penerbangan. Ia suka dengan aktivitas di bandara.

Melihat Boeing 777 membuat Vanda berkeinginan untuk menerbangkan pesawat tersebut. Ia tak mampu berkedip saat melihat pesawat terbang saat kecil.

"Saya dari kecil emang sudah suka sama bandara. Setiap saya ke bandara itu senang banget," tutur Vanda saat berbincang bersama Tribun Network.

Baca: Cerita Sang Ibu Sehari Sebelum Kematian Aurel, Anggota Paskibraka Tangsel yang Meninggal Tiba-tiba

Vanda tak pernah berhenti belajar. Beranjak remaja keinginannya untuk bisa menerbangkan pesawat semakin besar.

Namun, mimpi seakan hendak pudar karena mengetahui realita biaya pendidikan untuk dapat menerbangkan pesawat tidak murah.

Ia merasa akan membebani kedua orang tuanya. Akhirnya, Vanda sempat mengurungkan niatnya bersekolah di dunia penerbangan.

"Kasian orang tua, pas tahu biaya belajar pilot mahal. Yaudah memutuskan ingin menjadi pramugari," tutur Vanda.

Baca: Pengalaman Pilot Perempuan Pertama Asal Papua Terbangkan Pesawat Pertama Kali

Vanda tak menyerah begitu saja. Ia giat belajar. Hingga perjuangannya selama tiga tahum belajar di sekolah berbuah hasil.

Vanda tak menyangka. Saat kelas 3 Sekolah Menengah Atas, ia mendapat kesempatan untuk mendapatkan beasiswa.

Ia direkomendasikan oleh kepala sekolah untuk mengikuti wawancara beasiswa.

Pada 2015, sama seperti rekan seangkatannya, Martha Itaar, Vanda menjalani pendidikan diploma Aviation for Airline Preparation di Nelson Aviation College Selandia Baru.

"Ke New Zealand-nya Agustus 2014. Tiga tahun di sana. Enam bulan pertama Bahasa Inggris. Baru pindah ke sekolah penerbangan di 2015. Selesainya 2017," tuturnya.

Beasiswa yang diterima Vanda tak luput dari dukungan dari kedua orang tuanya.

"Orang tua itu paling mendukung saya untuk menjadi Pilot," kata Vanda.

Baca: Warga Desa Sumur Mulai Beraktivitas Normal

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved