Senin, 6 Oktober 2025

Pengembangan Industri Petrokimia Diyakini Bisa Atasi Defisit Neraca Perdagangan

Pengembangan industri petrokimia yang merupakan industri hulu dapat memacu tumbuhnya industri turunan lain di hilir

Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/Cahyo/Setpres
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan niatnya untuk menjadikan Tuban sebagai Kawasan Industri Petrokimia di Indonesia. Ini sebuah keputusan politik yang saya putuskan, kata Presiden Jokowi seusai meninjau kilang-kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban, Jawa Timur, Rabu (11/11/2015). TRIBUNNEWS.COM/Cahyo/Setpres 

Upaya yang lain yang lebih ke hulu, Sigit menambahkan, PT Pertamina bisa lebih meningkatkan investasi untuk menghasilkan naftha maupun condensate sebagai bahan baku untuk aromatic center maupun olefin centre milik TPPI.  

Oleh karena itu, terkait rencana pemerintah mendorong petrokimia dengan optimalisasi aset TubanPetro dengan menerbitkan PP Konversi, merupakan langkah tepat. 

“Konversi MYB TubanPetro mutlak dilakukan untuk optimalisasi aset, yang nantinya mengurangi defisit neraca perdaganagan sekaligus meningkatkan daya saing industri hilirnya dalam negeri maupun ekspor,” tegas Dirjen IKTA.

Kemenperin optimis, jika langkah konversi tuntas, dibarengi sinergi lintas kementerian, maka industri petrokimia nasional akan bergerak lebih cepat. Kemenperin pun terus mempromosikan industri petrokimia

Saat ini sudah ada tambahan olefin centre dari 2 investor yang diharapkan dalam 2023 sudah bisa mendapatkan tambahan 2 juta ton produk ethylene dan turunannya. 

Baca: Mampu Lulus S2 ITB dalam 10 Bulan, Herayati Anak Tukang Becak Jadi Dosen Kimia di Usia 22 Tahun

“Kalau TPPI sudah beroperasi penuh, diharapkaan dapat mengurangi impor petrokimia sebesar 50%nya,” tegas Sigit. 

Dihubungi terpisah, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyebutkan, problem defisit yang tak kunjung tuntas terjadi karena struktur industri dan ekonomi Indonesia tidak banyak berubah dalam dua dekade terakhir.  

Sektor manufaktur, yang seharusnya menjadi prioritas, dengan didukung oleh pasokan bahan baku dari petrokimia, selama ini tidak diperhatikan. 

Sebaliknya, Indonesia selalu bergantung pada komoditas. Padahal, di pasar global, fluktuasi harga komoditas akan mempengaruhi devisa negara. 

Ketika harga komoditas jatuh, dan sektor industri berorientasi ekspor tak bergerak, defisit akan terus terjadi.  

Menurut Piter, pengembangan industri petrokimia nasional, akan membantu Indonesia untuk keluar dari jebakan defisit, karena bisa memacu industri lain dengan menyediakan bahan baku. 

Namun, juga harus diperhatikan landscape industri mulai dari hulu ke hilir. Industri petrokimia di hulu harus diperkuat. 

Pemerintah saat ini memiliki program pengembangan industri petrokimia nasional melalui TubanPetro yang aturannya sudah dibahas Lintas Kementerian dan Sekretariat Negara. 

Peraturan Pemerintah (PP) yang akan menjadi payung hukum pengembangan industri petrokimia pun sudah di meja Presiden, yang diharapkan segera ditandatangani. 

“Pengembangan dan optimalisasi petrokimia oleh pemerintah melalui TubanPetro, itu bagus sekali. Harus diapresiasi, karena kebijakan ini diharapkan menjadi bagian dari strategi besar membangun industri hulu dan juga hilir. Jadi roadmap nya jelas. Industri apa saja yang akan dikembangkan di hulu dan apa saja yang dikembangkan di hilir. Bagaimana linkage-nya, agar benar-benar menjadi kebijakan yang efektif,” ujar Piter.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved