Minggu, 5 Oktober 2025

Pangdam XVII/Cendrawasih Minta Pimpinan OPM Egianus Kogoya Serahkan Diri

"Sampaikan sama dia, salam saya untuk Egianus Kogoya, segera bergabung ke NKRI," katanya

Penerangan Kodam XVII Cenderawasih
Pangdam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal TNI Yosua Pandit Sembiring didampingi para staf bersama Ketua Komnas HAM RI perwakilan Papua/Papua Barat Frits Ramanday membesuk korban kerusuhan di Distrik Fayit Kabupaten Asmat Papua pada 27 Mei 2019. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Kabupaten Nduga, Egianus Kogoya diminta untuk segera menyerahkan diri.

"Sampaikan sama dia, salam saya untuk Egianus Kogoya, segera bergabung ke NKRI," kata Panglima Kodam (Pangdam) XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Yosua P Sembiring kepada media, di Jayapura, Sabtu (27/07/2019).

Baca: Jenazah Prajurit TNI Gugur di Nduga Dimakamkan

Pasukan TNI yang ada di Nduga, terangnya, memiliki dua tugas pokok, yaitu penegakan hukum kepada kelompok bersenjata yang kerap melakukan penembakan dan mengawal pembangunan.

Namun, TNI ia pastikan juga bisa melakukan langkah persuasif bila kelompok Egianus Kogoya memiliki iktikad baik untuk menyerahkan diri dan menyatakan siap bergabung dengan NKRI.

"Bahwa Egianus itu saudara kita semua hanya saja saat ini kita lagi tidak sepaham, untuk itu kita rangkul dan mengajak dia untuk kembali ke pangkuan ibu pertiwi," tuturnya.

Menurut dia, pergerakan OPM di Nduga masih akan terus berlanjut dan pasukan TNI akan selalu dalam posisi siaga.

Baca: Sosok Prada Usman Helembo, Prajurit TNI yang Gugur di Nduga Papua

Pembangunan Jalan Trans Papua di Nduga akan terus dilakukan karena hal tersebut sudah menjadi program strategis nasional yang harus berjalan.

"Namanya OPM pasti akan melakukan tindakan kekerasan selagi dia tidak ditangkap. Hari ini dia tenang, nanti saat kita lengah dia mulai lagi, dia kayak benang kusut," kata Sembiring.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul : Pangdam Cenderawasih: Salam untuk Egianus Kogoya, Segera Gabung ke NKRI

Kronologi kejadian

Kapendam XVII Cenderawasih, Kolonel Inf. Muhammad Aidi
Kapendam XVII Cenderawasih, Kolonel Inf. Muhammad Aidi (Kompas.com/Dhias Suwandi)

Baca: Seorang Pria Terancam Didenda Rp10 Juta Karena Ejek Pria India Bau dan Kotor

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih, Kolonel Inf M Aidi mengungkapkan, kontak senjata itu terjadi ketika kelompok KSB melakukan serangan gangguan tembakan terhadap Pos TNI yang berkedudukan di Distrik Mugi Kabupaten Nduga.

Di mana kontak sejata itu, kata dia, terjadi sekitar pukul 05.40 WIT, cuaca masih gelap dan berkabut akibat hujan gerimis.

Tiba-tiba dari arah yang tidak terduga muncul serangan mendadak yang dilakukan oleh KSB diperkirakan berkekuatan antara 15-20 orang, teridentifikasi dari kelompok Egianus Kogoya.

"Namun, karena pasukan dalam keadaan siaga, maka dilaksanakan perlawanan balas tembakan sehingga KSB melarikan diri secara berpencar. Pasukan TNI dibagi dua kekuatan sebagian mengamankan pos, sedangkan satu tim kekuatan 10 orang melaksanakan pengejaran," kata Aidi, Rabu (24/7/2019) pagi.

TNI sebut ada kelompok separatis terluka

Ilustrasi penembakan
Ilustrasi penembakan (Istimewa)

Baca: Tersangka Hoaks Rahmat Rustam Meminta Maaf Pada Kapolri dan PGI, Tokoh Ini Jadi Penjamin

Dari hasil pengejaran, ungkap Aidi, ditemukan banyak jejak yang mengarah ke berbagai arah, namun ada satu jejak yang cukup besar yang mengarah ke suatu tempat sehingga dilaksanakan penjejakan atau menelusuri jejak tersebut.

"Ternyata jejak tersebut mengarah ke sebuah honai dengan jarak sekitar 2,5-3 km dari kedudukan pos TNI," katanya.

"Saat pasukan TNI berusaha mendekati honai tersebut, tiba-tiba sekitar 5 orang KSB berhamburan keluar dan melarikan diri ke arah semak belukar di belakang honai yang ternyata merupakan jurang dan tertutup semak belukar yang rimbun," ujar dia.

Aidi menambahkan, pasukan juga melihat di luar honai ditemukan ceceran darah cukup banyak mengarah ke jurang.

"Belum dapat dipastikan apakah ada korban jiwa dari KSB karena tidak ditemukan mayatnya. Pengejaran tidak dilanjutlan karena faktor keamanan," ujar dia.

Pasukan TNI amankan senjata dan ratusan amunisi

Aidi mengatakan, saat itu pasukan TNI melancarkan tembakan secara terbidik dan melanjutkan pengejaran, namun KSB berhasil meloloskan diri dengan cara berhamburan masuk jurang yang tertutup oleh semak belukar.

"Saat dilaksanakan pemeriksaan ditemukan barang bukti di dalam honai berupa, 1 pucuk pistol standar militer kaliber 9 mm, 3 buah HT, 1 buah GPS, 3 buah magasin, serta ratusan amunisi kaliber 5,56 mm dan 7,62 mm," tutur dia.

Hanya sebagian kecil logitik

Aidi menyebut hasil sitaan tersebut diyakini hanya sebagian kecil logistik persenjataan yang dimiliki OPM pimpinan Egianus Kogoya.

"Pasti banyak karena sumbernya juga banyak. Kita tidak tahu dari mana sumber itu. Contoh beberapa bulan lalu ada seorang warga Polandia yang tertangkap melakukan transaksi, berarti ada pihak-pihak tertentu di luar," ujarnya kepada Kompas.com di Jayapura, Rabu (24/07/2019).

ILUSTRASI - Ratusan butir amunisi kaliber besar ditemukan oleh petani di ladang sawit, Dumai, Kamis (22/2/2018) kemarin. Amunisi ini diperkirakan masih aktif. (Istimewa)
ILUSTRASI - Ratusan butir amunisi kaliber besar ditemukan oleh petani di ladang sawit, Dumai, Kamis (22/2/2018) kemarin. Amunisi ini diperkirakan masih aktif. (Istimewa) (Tribun Pekanbaru/Istimewa)

Selain itu, sambung Aidi, garis batas negara Indonesia-Papua Nugini sangat panjang sehingga tidak mungkin dapat diawasi 24 jam.

Kemudian, garis pantai Papua juga sangat panjang dan memungkinkan untuk dimasuki pihak-pihak tertentu yang ingin memasok senjata untuk OPM.

Tidak didapat secara gratis

Aidi menekankan adanya kemungkinan lain yang disebutnya sebagai oknum yang menjadi bagian dari OPM tapi memiliki kedudukan di instansi pemerintah.

"Dan, tidak menutup kemungkinan ada oknum yang berperan memasok senjata. Kita lihat saja siapa yang paling nyaring suaranya untuk seolah-olah mendukung mereka dan meminta TNI/Polri ditarik, mungkin kita bisa mengarah ke sana, tapi sekali lagi saya tidak menuduh," tuturnya.

Selain itu, Aidi meyakini bahwa senjata yang dimiliki oleh Egianus Kogoya tidak didapat secara gratis namun harus dibeli dengan harga yang cukup tinggi.

"Dilihat dari barang bukti yang dia pamerkan sendiri atau yang kita dapatkan, terlihat kalau semua harus didapatkan dengan uang, bararti ada pemasoknya," kata Aidi

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul : Fakta di Balik Kontak Senjata Pasukan TNI di Nduga, Sita Ratusan Amunisi hingga Kelompok Separatis Terluka

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved