Sabtu, 4 Oktober 2025

Lebaran 2019

Sejarah dan Tradisi Makan Ketupat di Hari Raya Idul Fitri

"Ketupat ini dari tradisi lisan (cerita rakyat) mulai familiar saat Sunan Kalijaga dan nilai filosofinya tak ada kaitannya dengan Islam," kata Rojil

Editor: Choirul Arifin
TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Diki (32) pedagang kulit ketupat melayani pembeli di Jalan Panjunan, Kota Bandung, Senin (3/6/2019). 

Secara terpisah, sejarawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Rojil Nugroho Bayu Aji, mengisahkan hal senada. Ketupat memang semula diperkenalkan Sunan Kalijaga meski sebenarnya bukan tradisi Timur Tengah yang menjadi sumber datangnya Islam. 

"Ketupat ini dari tradisi lisan (cerita rakyat) mulai familiar saat Sunan Kalijaga dan nilai filosofinya tak ada kaitannya dengan Islam," kata Rojil saat dihubungi Kompas.com, Kamis (30/5/2019). 

Masyarakat Jawa dan Sunda percaya bahwa ketupat memiliki makna untuk mengakui kesalahan. "Maknanya, 'kulo lepat, ngaku lepat' (Saya salah, saya mengakui kesalahan)," kata Rojil. 

Artinya seseorang bisa mengakui kesalahan kepada orang lain apabila mereka pernah berbuat salah. "Apabila setelah mengaku salah, lepat, dan minta maaf jadi ya harus menutup kesalahan yang sudah dimaafkan sehingga kekerabatan serta persaudaraan terjalin selalu," ujar Rojil. 

Maka dari itu, ketupat begitu erat saat Lebaran. Makanan ini juga dipadukan dengan hidangan lain yang terpengaruh dari berbagai budaya di luar Nusantara.  

Pengaruh itu seperti kuah kari yang dipengaruhi kuliner India, gulai yang dipengaruhi Arab, balado dari pengaruh Portugis, semur dan kue kering dari pengaruh Belanda juga Eropa, dan manisan dari pengaruh China.

Laporan: Aswab Nanda Prattama

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Sejarah dan Tradisi Makan Ketupat Saat Lebaran...

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved