Minggu, 5 Oktober 2025

Pemilu 2019

Kisah Penjual Cakwe Hingga Pengantar Galon yang Bakal Jadi Caleg, Sebagian Menang

Bagi para politikus yang ikut menjadi calon legislatif, Pemilu merupakan ajang pembuktian baginya seberapa kuat pengaruh hingga bisa terpilih

Editor: Hendra Gunawan
TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar
Nur wahid maju sebagai caleg DPRD Kota Bekasi melalui Partai Gerindra 

TRIBUNNEWS.COM –- Bagi para politikus yang ikut menjadi calon legislatif, Pemilu merupakan ajang pembuktian baginya seberapa kuat pengaruh hingga bisa terpilih menjadi anggota dewan.

Banyak politisi yang telah malang melintang dalam Pemilu 2019 ini yang akhirnya 'jatuh', karena suara pemilihnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Namun demikian, ada pula orang dari kalangan menengah ke bawah yang hanya coba-coba menjadi caleg, berharap bernasib baik dan terpilih.

Tidak ada yang menyangka, sosok-sosok ini ternyata memiliki kesempatan bisa menjadi peserta Pemilu.

Sosok-sosok seperti Nur Wahid pedagang cakwe dari Bekasi, Agung Darma (28), pengantar galon air di Desa Guali, Kecamatan Kusambi, Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara maju sebagai calon legislatif dari Partai Demokrat untuk DPRD Kabupaten Muna.

Baca: Jokowi di Ambang Rekor, Jika Menang Lagi Maka Jadi Jawara 5 Kali Pemilu

Baca: Tim Sukses Depresi Ditagih Sang Caleg Karena Hanya Dapat 567 Suara, Ini Kisahnya

Kemudian Dwi Handoko, berprofesi sebagai tukang sol sepatu maju sebagai calon legislatif di Kabupaten Gunungkidul

Satu lagi Eha Soleha, seorang pedagang kopi keliling yang memberanikan diri maju sebagai calon legislative DPRD Kota Cilegon.

Persepsi publik umumnya menilai seseorang yang maju sebagai calon legislatif setidaknya memiliki modal besar.

Cerita dari ketiga caleg ini membantah anggapan itu, terlepas mereka ada yang sukses lolos atau tidak.

Pengantar Galon Air Ini Lolos ke DPRD 

Misalnya Agung Dharma. Profesinya tak menghentikan semangatnya untuk maju sebagai calon legislatif.

Agung, yang pekerjaannya juga seorang tenaga honorer di puskesmas itu bahkan berhasil mengalahkan lawan politiknya dengan mengamankan satu kursi di DPRD Muna Barat dalam pencoblosan pemilu 17 April.

“Alhamdulilah senang sekali, senangnya itu karena dukungan orangtua yang begitu full memberikan semangat, dan antusias masyarakat. Dengan keberhasilan ini, semua turut bangga, karena perjuangan bersama-sama, kita menangkan pertarungan ini,” kata Agung, Kamis (25/4/2019).

Agung Darma (28), warga Desa Guali, Kecamatan Kusambi, Kabupaten Muna Ba
Agung Darma (28), warga Desa Guali, Kecamatan Kusambi, Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara, yang pekerjaanya honorer di Puskesmas dan pengantar galon air, berhasil mengalahkan lawan politiknya dengan mengamankan satu kursi di DPRD Muna Barat dalam pencoblosan pemilu 17 April kemarin. (Hand Out)

Ia tidak menyangka berhasil lolos di DPRD Kabupaten Muna Barat karena banyak yang meremehkannya.

Hal itu karena melihat pekerjaan Agung hanyalah seorang pengantar galon air.

Belum lagi ia harus menghadapi lawan politik yang kuat baik ketokohan maupun dari segi finansial.

“Tidak semua perjuangan itu tidak diukur dengan finansial. Karena perjuangan kami ini, dipandang enteng dari beberapa kalangan masyarakat dan merasa sudah besar. Makanya kita jalani dengan ikhlas dan alhamdulillah (lolos),” tuturnya.

Baca: BMKG: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Hari Ini Jumat 26 April 2019, Dampak Pusat Tekanan Rendah

Baca: Fakta-fakta Terbaru Video Dua ABG Bali Berhubungan Intim di Mobil

Agung maju menjadi calon legislatif dari Partai Demokrat dengan Daerah Pemilihan Muna Barat I yang meliputi Kecamatan Kusambi, Kecamatan Napano Kusambi dan Sawerigadi.

Dari hasil perhitungan suara, Ia berhasil mendapatkan suara terbanyak dengan memperoleh 732 suara.

Agung mengalahkan Ketua DPC Demokrat Muna Barat, yang memperoleh 520 suara.

“Kami juga tidak menyangka mengalahkan ketua partai DPC. Tapi itulah realita, bahwa tidak selamanya, pimpinan partai menjadi pemenang. Tidak selamanya, hari kita sudah buktikan dengan perjuangan yang panjang, alhamdulillah kita bisa kalahkan beliau,” ucap Agung.

“Yang saya lakukan ke depannya, tetap kepada janji politik kami, bahwa pertemanannya selamanya, artinya tetap menjalin silaturahmi, kebetulan saya perawat, kalau ada yang sakit, kita bantu,” ujarnya.

Ibu Agung, Wa Malu, juga tidak menyangka bahwa anaknya berhasil meraih suara terbanyak dan lolos dalam pertarungan caleg.

“Saya sangat bersyukur. Saya hanya berdoa terus agar anak saya berhasil lolos. Apalagi kalau diingat-ingat, pekerjaan anak saya ini setiap hari antar galon dan honorer di puskesmas. Saya bersyukur sekali,” kata Wa Malu.

Tukang Sol Sepatu Tak Ingin Maju Caleg Diukur dari Materi

Dwi Handoko yang sehari-hari membuka usaha reparasi sepatu atau sol sepatu di depan Pasar Argosari ini memberanikan diri untuk ikut berkompetisi pada pemilu 2019.

Cara kampanyenya pun dibilang irit biaya.

Ia mensosialisasikan program-programnya kepada para pelanggan reparasi sepatunya sekaligus memperkenalkan diri bahwa ia ikut dalam pemilu 2019.

Ia mulai memberanikan diri untuk memperkenalkan diri dan programnya setelah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Gunungkidul sebagai calon legislatif (caleg).

Tukang sol sepatu asal Gunungkidul maju caleg (TribunJogja.com)
Tukang sol sepatu asal Gunungkidul maju caleg (TribunJogja.com)

"Biasanya saya tanya dulu asal pelanggan dari mana kalau pas dengan daerah pilihan saya (dapil) biasanya saya memberanikan diri untuk memperkenalkan diri sebagai caleg," ujarnya pada Tribunjogja.com, Kamis (14/2/2019).

Dengan keterbatasan dana, dirinya tidak berhenti berpikir bagaimana cara berkampanye dengan mengeluarkan biaya kecil.

Selain itu dirinya juga memaksimalkan posisinya sebagai pengurus Organisasi Muhammadiyah.

Usahanya merupakan warisan orangtuanya yang sudah berdiri sejak 1970-an.

Baca: Fakta-fakta Terbaru Video Dua ABG Bali Berhubungan Intim di Mobil

Baca: Wajah Anaknya Kerap Disembunyikan, Anggun C Sasmi Akhirnya Unggah Foto Kirani Tanpa Disensor

Usaha tesebut ia teruskan pada tahun 2006 setelah sebelumnya dirinya berkecimpung di dunia bisnis transportasi.

Dwi Handoko harus rela banting stir sebagai tukang reparasi sepatu lantaran bisnis transportasi bangkrut.

Ia menceritakan, hasil dari bisnis sol sepatu tidak menentu.

Kurang lebih ia mendapat Rp 50 ribu perharinya.

"Dari hasil itu untuk membiayai keluarga dan juga sekolah anak, anak pertama alhamdulillah diterima sebagai CPNS sedangkan anak kedua saya baru skripsi," katanya.

Ia mengaku, setiap beberapa hari sekali mengikuti pengajian rutin, dari situlah dirinya mengajak para jemaah untuk berdiskusi mengenai pencalegan yang ia lakukan.

"Bukan pada pengajiannya, tetapi setelah pengajian itu saya memperkenalkan diri dan mengajak berdiskusi dan hingga saat ini belum pernah diperingatkan oleh Bawaslu," katanya.

Tak berhenti sampai di situ, dirinya juga bertandem dengan caleg provinsi maupun pusat untuk memperkenalkan dirinya kepada warga.

Dwi juga mengaku tidak membuat baliho atau rontek yang dipasang di pinggir jalan.

"Saya hanya membuat stiker-stiker kecil yang ditempelkan di beberapa tempat, saya ingin membuktikan bahwa caleg itu bukan diukur dari materi yang dipunyai tetapi caleg berkualitas diukur dari Sumber Daya Manusia (SDM)," jelasnya.

Dalam Pemilu 2019 kali ini, dirinya menargetkan sebanyak 2.500 suara yang sebagian didapat dari organisasi Muhammadiyah maupun tetangga sekitarnya.

Jika terpilih nanti ia akan memperjuangkan wong cilik dan tidak akan lupa kepada para pemilihnya.

Tukang Kopi Keliling Diajak Pelanggannya Maju Caleg

Terakhir, kisah Eha Soleha, seorang pedagang kopi keliling yang berani maju sebagai caleg DPRD Kota Cilegon.

Cerita pedagang kopi keliling, Eha Soleha maju sebagai Cale
Cerita pedagang kopi keliling, Eha Soleha maju sebagai Caleg DPRD Kota Cilegon (Repro YouTube Mata Najwa di Trans7) (Repro Youtube Mata Najwa di Trans7)

Janda yang maju sebagai caleg dari PPP ini memberanikan diri meski tidak memiliki modal.

Dalam acara Mata Najwa yang tayang di Trans7 , Kamis (7/3/2019) ini, Eha Soleha menceritakan bagaimana dirinya bisa maju sebagai caleg.

Selama 3 tahun ini, Eha Soleha bekerja sebagai pedagang kopi keliling.

Ia berdagang kopi di pasar mulai dari tengah malam hingga pagi hari.

Saat berjualan, dirinya tiba-tiba diajak oleh pelanggan istimewanya untuk maju sebagai caleg.

"Yang ngajak saya nyaleg itu pelanggan kopi saya, pelanggan istimewa ternyata dia Ketua DPC PPP," kata Eha Soleha dalam acara yang dipandu Najwa Shihab itu.

Lanjutnya, ia diajak maju sebagai caleg karena dianggap menginspirasi.

Eha pun menuturkan cerita lucunya saat pelanggannya itu meyakinkannya untuk maju sebagai caleg.

"Kamu mau gak dijadiin caleg. Kamu janda kan? mau ya ta' jadiin caleg. Ya barangkali biar dapet laki," katanya seraya diikuti tawa oleh para penonton di studio.

Pedagang Cakwe

Nur Wahid (47) caleg DPRD Kota Bekasi dari Partai Gerindra yang memiliki profesi sebagai pedagang cakwe masih optimis lolos sebagai wakil rakyat.

Pria kelahiran Kebumen, Jawa Tengah ini mengaku, hingga saat ini dia masih berharap perolehan suaranya mampu mengantarkan dirinya duduk di kursi parlemen.

Meski demikian, Nur Wahid hingga kini belum mengetahui seberapa besar perolehan suara yang dia dapat usai pemungutan suara Rabu, 17 April 2019 lalu.

"Belum tahu saya, belum saya juga masih cari data, nanti kalau sudah saya kabarin, saya masih optimis," kata Nur Wahid saat dikonfirmasi, Kamis (25/4/2019).

Nur wahid maju sebagai caleg DPRD Kota Bekasi melalui Partai Gerindra
Nur wahid maju sebagai caleg DPRD Kota Bekasi melalui Partai Gerindra (TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar)

Dia menambahkan, saat ini tim saksi dari partai masih melakukan pengawalan rekapitulasi suara di Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) untuk pemilih DPR RI.

Meski begitu, dia bersama timnya sambil menunggu penghitungan suara di tingkat kecamatan, hingga kini terus mengumpulkan data salinan C1 penghitungan suara di tiap-tiap TPS.

"Saya sampai saat ini masih ngumpulin C1, saksi juga masih ngawal suara di rekapitulasi PKK, lagi nunggu penghitungan DPR-RI, nanti kan terkahir untuk yang DPRD Kota," jelas dia.

Nur Wahid maju sebagai caleg DPRD Kota Bekasi di daerah pemilihan (Dapil) 3 meliputi Kecamatan Rawalumbu, Kecamatan Mustikajaya, dan Kecamatan Bantar Gebang. Di dapil tersebut, terdapat 10 kursi anggota legislatif yang diperebutkan ratusan caleg dari 20 partai.

Dia mengaku sampai saat ini belum mau bicara banyak terkait perolehan suaranya, dia sejauh ini masih optimis dan berdoa agar dapat lolos menjadi salah satu legislator di Kota Bekasi.

"Nanti saya kabarin lagi (kalau sudah sudah ada kepastian), yang pasti saya masih optimis," tandasnya.

Tukang Bakso

Sementara dari Kota Sukabumi caleg dari Partai Nasdem, Yudi Esmanto yang berprofesi sebagai penjual bakso lolos menjadi anggota legislatif dari daerah pemilihan III Kota Sukabumi, Kecamatan Gunungpuyuh dan Warudoyong.

Yudi Esmanto
Yudi Esmanto (capture Youtube)

Yudi mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima, ia terpilih menjadi anggota DPRD Kota Sukabumi dari hasil rapat pleno yang dilakukan oleh KPU Kota Sukabumi.

"Aaya masih menunggu penetapannya secara resmi," jelasnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved