Rizal Ramli Klaim Pernah Selamatkan Uang Negara Saat Menjabat Menko Ekuin
Hal itu dilakukannya saat menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Ekuin) pada 2000 sampai 2001.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rizal Ramli mengakui pernah menyelamatkan uang negara sebesar 50 juta US Dolar.
Hal itu dilakukannya saat menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Ekuin) pada 2000 sampai 2001.
Rizal Ramli mengatakan penyelamatan uang negara sebesar itu terjadi karena hampir semua atau sekitar 27 kontrak Pembelian Listrik Swasta (PPA) di-’mark up’ 7-12 cents USD.
“Padahal di seluruh dunia lumrahnya 3 cents USD saja per Mega Watt sehingga beban PLN sangat besar, dia hampir bangkrut, teman-teman yang berkuasa sebelumnya mendapat saham kosong dengan tarif yang sangat mahal dan merugikan negara,” ungkap Rizal Ramli.
Rizal mengisahkan waktu itu Presiden BJ Habibie dan Dirut PLN Andi Satria mengajukan salah satu kontraktor PPP ke arbitrase internasional.
“Tapi nyatanya kalah telak,” imbuhnya.
Rizal mengatakan pemenang Nobel, Prof Joseph sempat menemui dirinya agar segala klausal arbitrase tak dimasukkan dalam RUU Investasi.
“Tapi saran itu tak dijalankan dan Stiglitz mengatakan memang 99,9 persen negara berkembang yang mengajukan arbitrase akan kalah,” ungkapnya.
Oleh karena itu Rizal mencoba menggunakan cara ‘out of the box’ dan tak menggunakan jalur arbitrase.
Ia mengundang rekannya, seorang redaktur Wall Street Journal, surat kabar bisnis terkemuka dunia untuk menjelaskan praktek korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) perusahaan-perusahaan multi-nasional.
“Perusahaan-perusahaan multinasional itu sok-sok an promosi good corporate governance tapi bermain pat-gulipat dengan kroni kekuasaan Indonesia,” tegasnya.
Rizal mengatakan ulasan itu ditambilkan Wall Street Journal selama tiga hari berturut-turut hingga menyebabkan bos-bos perusahaan multi-nasional merasa ketakutan.
Mantan Menko Kemaritiman era Joko Widodo itu kemudian mengisahkan semua perusahaan asing yang mempunyai relasi bisnis dengan PLN terbang ke Jakarta untuk menemui dirinya.
“Hasilnya beban utang PLN yang mencapai 85 juta USD bisa dikurangi hingga 35 juta USD atau ada penghematan 50 USD, belum pernah ada penyelamatan uang negara dengan nominal sebesar itu, menggunakan cara out of the box,” klaim Rizal.
Menurut Rizal cara itu juga sebenarnya bisa dilakukan untuk menangani kasus kontrak karya PT Freeport Indonesia yang ia janjikan akan diulas di waktu mendatang.