Sabtu, 4 Oktober 2025

Eva Sundari: Pendidikan Pancasila untuk Mewujudkan Generasi Emas

Satu di antara keunggulan Pancasila dibanding ideologi manapun adalah sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa.

Penulis: Chaerul Umam
Ilham Rian Pratama/Tribunnews.com
Eva Kusuma Sundari 

"Inti Pancasila berupa gotong-royong memerlukan kualifikasi kepribadian yang terbuka pikirannya (open mind), ketulusan (open heart) dan kehendak untuk berkemajuan (open will)," terangnya.

"Lima sila dari Pancasila apabila menjadi roh pendidikan dan pengajaran akan membentuk kepribadian yang mampu menjadi pemenang dari Revolusi Industri 4.0 yang sudah berada di sekitar kita," imbuhnya.

Konsensus atas strategi Pembangunan Berkelanjutan yang berisi pertumbuhan ekonomi berkeadilan, pengentasan kemiskinan dan penyelamatan lingkungan berikut penetapan target-target SDGs (Sustainable Development Goals) oleh tiap-tiap negara adalah bentuk gotong royong di tingkat global.

Sedangkan di Indonesia, seorang muda bernama Nabiel Makarim mampu menyerap nilai-nilai gotong royong dalam mendirikan perusahaan pelayanan Go-Jek.

"Dalam gotong royong yang berkarakter inklusif (merangkul semua) bisa berlangsung karena perbedaan suku, agama, ras dan golongan (SARA) dijadikan modal bekerja. Keberagaman bukan saja anugerah Tuhan tetapi sekaligus kekuatan dalam mencapai kemajuan karena keberagaman menjanjikan inovasi, kreatifitas, dan daya juang yang tinggi," kata Eva.

"Kita pelajari bagaimana tim piala dunia Perancis yang berisi pemain dengan berbagai latar belakang kultur dapat mengalahkan tim Kroasi yang sama-sama punya teknik setinggi Tim Perancis. Keberagaman bisa produktif jika ada saling hormat dan saling menerima perbedaan-perbedaan. Tidak ada cara yang lebih baik untuk membangunnya kecuali dengan berbaur, membaur dan dibaurkan," lanjutnya.

Oleh karena itu maka, strategi pembauran harus segera diwujudkan dalam pendidikan dan pengajaran yang berisi penghormatan atas keberagaman.

Sikap yang terbuka pada keragaman perlu diajarkan, dipraktekkan, dibiasakan melalui pelembagaan pembauran di lembaga-lembaga keluarga, pendidikan, sosial, publik dan negara.

Di negara-negara Skandinavia (Swedia, Denmark, Norway, Eslandia) yang indeks pembangunan manusianya tertinggi di dunia melembagakan pembauran melalui pendidikan anti diskriminasi.

Sejak PAUD hingga PT pembauran diwajibkan sehingga negara-negara tersebut dikenal bukan saja sebagai wilayah paling makmur tetapi juga zero kekerasan termasuk KDRT.

"Pancasila mempunyai kekuatan untuk mengantar Indonesia melebihi negara-negara Skandinavia tersebut. Pancasila sudah terbukti sakti melawan Balkanisasi, ektrimisme agama dan melawan kemiskinan. Ia sebagai meja statis sekaligus bintang penuntun. Pancasila sebagai sumber inspirasi sekaligus orientasi kita dalam menciptakan kemajuan-kemajuan," jelasnya.

Pancasila sebagai ideologi nasionalis-religius mementingkan spiritualitas yang merupakan inti semua agama. Iamengajak manusia berpikir dan merenung (transendental).

Pancasila mengandung daya pembebasan (liberasi) karena ia anti keterbelakangan, kebodohan, dan penjajahan.

Hal ini karena Pancasila berpusat pada harkat dan martabat kemanusiaan Manusia bukan melayani pasar dan materi.

Pembauran dalam pendidikan sudah dijalankan oleh sejumlah sekolah pelopor seperti SMP Petra Surabaya yang berkunjung ke satu Madrasah Tsanawiyah di Jombang, Jawa Timur.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved