Jumat, 3 Oktober 2025

Peluru Nyasar

Peluru Nyasar di Gedung DPR Disebut Ada Kecenderungan Kelalaian dari Si Pelaku

Humas Pengurus Pusat Perbakin, Rocky Roring menjelaskan, kecenderungan adanya kesengajaan dari dua tersangka yang sudah ditetapkan polisi semakin

Penulis: Amriyono Prakoso
Warta Kota/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Barang bukti senjata api ditunjukan kepada wartawan saat rilis pengungkapan kasus peluru nyasar di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (16/10/2018). Polda Metro Jaya berhasil mengungkap pelaku penembak peluru nyasar ke Gedung DPR pada hari Senin (15/10) lalu dan mengamankan Dua orang tersangka berinisial (I) dan (R) serta menyita Dua pucuk senjata berserta peluru. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Humas Pengurus Pusat Perbakin, Rocky Roring menjelaskan, kecenderungan adanya human error atau kesalahan dari dua tersangka yang sudah ditetapkan polisi.

Pasalnya, lima peluru terlepas dari pistol tangan jenis Glock 17 dan mengarah ke gedung DPR.

"Kalau menurut saya, ini human error. Karena seharusnya saat latihan tidak boleh ada senjata modifikasi ke full auto di dalam lapangan tembak," katanya saat dihubungi Tribun, Jakarta, Rabu (17/10/2018).

Meski begitu, menguraikan senjata jenis Glock meski dimodifikasi menjadi full automatic, tetap harus menarik pelatuk satu persatu agar peluru terlontar.

Tidak bisa, satu kali tarikan lima peluru terlontar sekaligus.

"Ini kan pistol, bukan senapan juga. Harus satu-satu nembaknya. Bukan satu tarikan pelatuk, langsung lima gitu. Tapi, kita kan juga tidak tahu seperti apa modifikasinya. Pribadinya juga seperti apa?" urainya.

Dia berandai, jikalau saat itu penembak melakukan reload (penggantian magasin) hanya satu peluru yang memungkinkan terlontar secara tidak sengaja, yakni, peluru sisa yang masih tertinggal di dalam selongsong.

"Kalau dia merasa sudah kosong, kemungkinan kan hanya satu yang sisa. Bukan lima. Satu magasin itu bisa isi 15 peluru," lanjutnya.

Lagipula lanjutnya, tersangka yang latihan tembak di lokasi itu, bukanlah orang yang baru memegang senjata.

Sudah mendapatkan sertifikasi dari Perbakin daerah dan sudah diperbolehkan untuk berlatih di Senayan, setidaknya sudah memiliki pengalaman selama satu tahun belajar memegang senjata.

Belum lagi, pasti ada instruktur dan kru dari Lapangan Tembak yang harus menemani saat latihan terjadi. "Atlet saja masih harus didampingi kok," tukasnya.

"Saya harus tegaskan, prinsip dasar memegang senjata, pertama safety, kedua safety, ketiga safety. Harusnya dia (pelaku) tahu soal ini," tegasnya.

Belum sampai disitu, Rocky melihat kesalahan lain dari penembak di lapangan yang terbuka untuk tembak reaksi, sasaran hanya terbagi dua arah, mendatar dan ke bawah.

Tidak ada sasaran yang mengarah ke atas dari semua level penembakan yang harus dilalui. Jarak tembak paling jauh 25 meter dan paling dekat satu meter baik diam maupun target bergerak.

"Di dalam stage-stage itu, tidak ada yang sampai ratusan meter dan tidak ada yang ke atas. Kalaupun posisi tiarap, ada rekoset yang menghalang peluru. Tidak akan sampai ke gedung DPR yang ada di seberang," kata dia.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved