Buntet Pesantren Sambut Baik Program Keluarga Berencana
"Kami dari awal dukung program KB. Anjurkan santriwan santriwari merencanakan perkawinan, memberikan pendidikan kesehatan reproduksi,"
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Umum Buntet Pesantren di Kabupaten Cirebon, KH Aris Ni' Matullah mengatakan, lembaganya mendukung program Keluarga Berencana (KB) yang dilaksanakan pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Pesantren yang memiliki 10 sekolah formal itu, lanjutnya, telah mendukung program KB sejak 1980-an, di mana saat itu ditentang kalangan pesantren.
Baca: Menristekdikti: Presiden Kemana pun Bukan Politik, Bedakan Antara Capres dengan Presiden
"Kami dari awal dukung program KB. Anjurkan santriwan santriwari merencanakan perkawinan, memberikan pendidikan kesehatan reproduksi," kata Aris usai Penyuluhan Kesehatan Reproduksi dan Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) di GOR Pesantren Buntet Cirebon, Jawa Barat, Kamis (11/10/2018).
"Tahun 1985 Kepala BKKBN Haryono Suyono datang ke Buntet Pesantren dengan para ulama kami bahas bahwa program KB itu kan merencanakan bukan mencegah, jadi kami sejutu program KB itu penting bagi masyarakat Indonesia," ucap dia.
Baca: Kiper Filipina: Timnas Indonesia Bisa Menjadi Kejutan di Piala AFF 2018
Di hadapan sekira 700 remaja, Aris menyoroti pentingnya perencanaan pernikahan, persiapan secara fisik, mental, sosial dan ekonomi sebelum menikah.
Hal ini, menurutnya, guna menciptakan generasi penerus yang kuat dan berkualitas.
Menurut dia dinyatakan dalam Al-Qurat surat An-Nisa ayat 9:
'Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka'.
Baca: Kedapatan Lagi Ngelem, Puluhan Bocah di Koja Ditangkap Polisi
"Ayat itu mempunyai spirit bahwa Islam meminta umatnya untuk menyiapkan generasi kuat yang antara lain merencanakan keluarga lebih sehingga keturunannya lebih baik," ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Bina Ketahanan Remaja Eka Sulistia mengatakan, penyuluhan ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka pernikahan dini di tanah air.
Baca: Kisah Merry Jadi Asisten Raffi Ahmad: Terima Endorse, Gaji Puluhan Juta dan Beli Mobil
Indonesia menempati posisi ke-2 sebagai negara dengan angka pernikahan tinggi terbanyak di Asia Tenggara, setelah Kamboja.
Eka menyebutkan sejumlah risiko pernikahan dini, seperti gangguan kesehatan, gizi buruk, risiko KDRT, terhentinya pendidikan dan meningkatnya angka kematian Ibu dan anak.
"Pernikahan anak macam-macam sebabnya sehingga penanganan harus terintegrasi. Mulai kemiskinan, ketidaktahuan, kultur budaya, tekanan sosial dan lainnya. Sehingga intervensi membutuhkan sinergitas semua pihak," kata dia.