Pemilu 2019
Hasil Hitung Cepat pada Pemilu 2019 Jadi Ajang Pertaruhan Akademis Lembaga Survei
Bagi lembaga survei, hasil hitung cepat pada 2019 mendatang juga menjadi pertaruhan akademis.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perbedaan hasil hitung cepat lembaga-lembaga survei pada 2014 lalu, menjadi cermin bagi para lembaga survei untuk 2019 mendatang.
Terlebih, lembaga yang sempat memenangkan satu pasangan calon, saat itu, kini sudah tidak lagi ada.
Bagi lembaga survei, hasil hitung cepat pada 2019 mendatang juga menjadi pertaruhan akademis.
Wakil Direktur Saiful Mujani Research Centre (SMRC), Sirojuddin Abbas misalnya menjelaskan, lembaga survei yang memenangkan pasangan calon tertentu, ketika itu, sudah tidak lagi beroperasi. Berbagai macam menjadi alasan lembaga tersebut bubar.
Satu di antaranya adalah, tidak memiliki data yang kredibel untuk disampaikan kepada masyarakat.
Lembaga survei, jelas dia, berpatokan pada kajian akademis yang dapat dipertanggungjawabkan secara fakta dan moral. Bukan, mereka yang korup menyesatkan publik secara sengaja.
"Ini jadi pertaruhan akademis kami juga. Kalau tidak memiliki dasar tersebut, ya pasti akan bubar seperti lembaga survei yang lain saat itu," katanya kepada Tribun.
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby menjelaskan setiap lembaga survei memiliki metodologi masing-masing dalam melakukan survei.
Namun, kaidah dan etika akademik harus selalu dikedepankan oleh mereka.
Apabila, sudah benar dalam menerapkan hal tersebut, maka, hasil yang disajikan tidak akan jauh berbeda dengan hasil penetapan KPU.
Baca: Tim SAR Gabungan Temukan Korban Selamat Setelah Tertimpa Bangunan Masjid yang Roboh di Lombok Utara
"Biasanya tidak jauh berbeda. Selisihnya bisa di bawah satu persen jika melakukannya secara tepat," jelasnya.
Direktur Eksekutif Populi Centre, Usep Akhyar menjelaskan, persaingan lembaga survei dapat dilihat dari ketepatan dan akurasi data yang dihasilkan.
Menurutnya, semakin akurat data yang dimiliki, maka kredibiltas lembaga akan semakin diperhitungkan.
Oleh karenanya, tidak jarang lembaga survei selalu menyampaikan hasil-hasil survei mereka sebelumnya saat merilis hasil survei berikutnya.
"Akan semakin baik kalau mendekati dengan perhitungan KPU. Makanya, kami juga menjaga kualitas dari penelitian dari hasil yang sudah kami dapat," tegasnya.
Caranya, mereka merekrut sosok yang memiliki kredibilitas dari berbagai latar belakang. Tidak hanya politik, tetapi juga dari ekonomi serta sosial.
Pasalnya, survei yang dilakukan oleh pihaknya, tidak hanya mengenai isu politik.
"Tidak banyak peneliti kami hari ini. Paling hanya belasan orang. Tapi, kami meyakini mereka semua memiliki kredibilitas yang baik," ungkapnya.
Kualitas penelitian juga dilakukan oleh LSI Denny JA. Belakangan survei mereka juga menyertakan opini ahli dalam penyampaian hasil kepada publik.
Adjie menjelaskan, hal tersebut guna memperkuat hasil penelitian dan survei yang sudah dilakukan.
Ahli, lanjutnya, juga tidak sembarang dipilih. Ada kriteria yang dimiliki oleh lembaga yang sudah ditentukan sebelumnya.
"Kita memulai sesuatu yang baru. Para ahli kami libatkan juga untuk memberikan pandangannya atas hasil survei yang sudah kami raih. Sehingga, lebih kompeten untuk dipresentasikan," jelasnya.
Direktur Eksekutif Survei Media Nasional (Median), Rico Marbun mengatakan, pihaknya sudah menjaga kualitas survei sejak dari lapangan.
Meski surveyor yang turun ke lapangan merupakan tim lepas, tetapi mereka sudah mendapatkan pelatihan dan pembelajaran sebelum survei. Sehingga, kualitas survei tetap terjaga.
"Kualitas sudah kami lakukan sejak di lapangan. Sampai di meja peneliti, sudah lebih mudah untuk dikaji lebih lanjut atas hasil tersebut," katanya. (amriyono prakoso)