Gempar Soekarno Putra Semasa Kecil Berpindah-pindah Rumah, Pernah Ikut Pedagang Buah
Hidup Gempar baru benar-benar mapan setelah bekerja sebagai tukang ketik di kantor notaris Frederik Alexander Tumbuan, di sekitar daerah Gandaria.
Saat ini Gempar bersyukur terhadap satu warisan yakni kemiripan fisik, terutama wajah.
Apalagi kalau ia memakai peci, yang kini jadi seragam wajibnya saat hadir di acara-acara resmi.
Dalam acara kampanye menjelang Pemilu, ia malah sengaja memakai baju mirip baju kebesaran Soekarno, komplet dengan kacamata hitam model jadul.
Wajah mirip, ditambah publikasi media, menjadikan Gempar seperti selebritas. Efek positifnya, banyak orang merasa segan.
Misalnya ketika Gempar berhubungan dengan birokrasi, orang akan menolak pemberian amplop sekadar sebagai tanda terima kasih.
"Katanya mereka merasa tidak enak menerima uang dari anak Proklamator," tutur Gempar menirukan orang-orang itu.
(Intisari-Online.com/Moh. Habib Asyhad)
(Artikel ini pernah tayang di Intisari-Online.com dengan judul, Gempar, Anak Bung Karno yang Pernah Jadi Kondektur Bemo dan Jualan Es di Manado dan Majalah Intisari November 2009 dengan judul Mengapa Saya Bernama Gempar Soekarno Putra)