Sabtu, 4 Oktober 2025

Pemilu 2019

Pemilu 2019, PolComm: Masyarakat Belum Tahu Nomor Urut Partai dan Latar Belakang Tokoh

"Yang ingat (nomor urut) PDIP 11,12 persen, PKB 9,84 persen, Gerindra 8,21 persen," kata Heri.

TRIBUNNEWS/HO
Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut Dua Syaifullah Yusuf (Gus Ipul) memberikan sambutan politik disaksikan Forum Komunikasi Relawan Jokowi Jawa Timur di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (22/3/2018). Puluhan Relawan yang tergabung dalam Forum Komunikasi mendukung penuh untuk memenangkan Gus Ipul-Mbak Puti Guntur Soekarno Putra sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur dan bertujuan memenangkan Jokowi menjadi Presiden periode kedua. TRIBUNNEWS/HO 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Gilang Syawal Ajiputra

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Publik masih belum hafal nomor urut partai dan latar belakang tokoh, parpol harus bekerja lebih keras lagi.

Direktur Political Communication Institute (PolComm), Heri Budianto mengatakan sebagian besar masyarakat Indonesia belum tahu nomor urut parpol yang akan bertarung di pemilu 2019.

"Sejak KPU melakukan pengundian nomor urut partai, PolComm sudah melakukan survei seberapa banyak yang tahu nomor urut parpol, hasilnya 74,51 persen responden mengatakan belum tahu," kata Heri dalam pemaparannya di Hotel Alia, Jakarta, Minggu (25/3/2018).

Berdasarkan hasil survei tersebut, Heri menyatakan, hanya PDIP, PKB, dan Gerindra yang nomor urutnya paling diingat dan itupun jumlahnya tidak besar.

"Yang ingat (nomor urut) PDIP 11,12 persen, PKB 9,84 persen, Gerindra 8,21 persen," lanjut Heri.

Selain tak tahu nomor urut partai, publik juga masih belum mengenal latar belakang sosok. Hal itu ditunjukkan dengan ketidak konsistenan para responden saat ditanya sosok yang pas untuk cawapres Prabowo.

Baca: Staf Khusus Presiden: Indonesia Tidak akan Bubar Sampai Akhir Dunia‎

"Kalau dicermati ada ketidakkonsistenan responden yang mayoritas menyarankan Prabowo berpasangan dengan tokoh agama, tapi hasil survei kami justru Gatot Nurmantyo yang bukan tokoh agama paling banyak dipilih oleh responden sebagai cawapres Prabowo," lanjut Heri.

"Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan responden tentang latarbelakang tokoh nasional. Responden lebih hafal nama, daripada latar belakang tokoh, dan ini menjadi tantangan sendiri bagi para tokoh untuk mensosialisasikan kepada publik," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved