Pilpres 2019
Fadli Zon: Masyarakat Ingin Presiden Baru di 2019
Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon mengatakan 75 persen voters menginginkan ada Presiden baru pada 2019.
Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon mengatakan 75 persen voters menginginkan ada Presiden baru pada 2019.
Angka tersebut merupakan hasil polling di akun Twitter pribadinya pada akhir pekan kemarin.
Dari 7.210 akun yang ikut memberikan suara, hanya 23 persen yang tetap menginginkan Presiden saat ini terus menjabat.
Sementara 2 persen sisanya menyatakan masih ragu.
Baca: Diajak Blusukan Jokowi ke Tanah Abang, Direktur IMF Beli Baju Koko
“Hasil poling Twitter ini sejalan dengan aspirasi yang saya terima tiap kali turun ke daerah. Jadi, baik dalam tatap muka langsung maupun melalui dunia maya, mayoritas masyarakat menginginkan perubahan kepemimpinan nasional.” ujar Fadli Zon dalam keterangan tertulisnya, Selasa, (27/2/2018).
Fadli mengatakan berdasarkan catatannya dari berbagai survei, elektabilitas Presiden Joko Widodo sebagai petahana selalu berada di bawah 50 persen.
Hal itu menurutnya bukan angka yang bagus bagi petahana yang hampir 24 jam mukanya disiarkan televisi dan media massa lainnya.
Baca: Pengamat: Cawapres Untuk Jokowi Bisa Rizal Ramli Atau Kalangan Santri
Sehingga kata Fadli, peluang bagi penantang petahana sangat terbuka lebar.
“Apalagi, pemilih kita makin rasional dan kritis. Menurut sebuah survei SMRC tahun 2017, 20 persen pemilih menyatakan akan memilih berdasarkan bukti yang nyata dari hasil kerja, dan 16,5 persen pemilih sangat mempertimbangkan pengalaman pemerintahan," katanya
"Jadi, tanpa butuh mendengarkan kampanye dan kritik dari partai oposisi, para pemilih rasional dan kritis kemungkinanya sangat kecil untuk memilih kembali petahana.” lanjut dia.
Sebagai partai yang berada di luar pemerintahan, Fadli mengatakan situasi tersebut memberi tantangan kepada Partai Gerindra.
Baca: Setya Novanto Apresiasi PDIP yang Mengsung Jokowi di Pilpres 2019
Menurutnya kalau ditengok ke belakang, hampir semua partai yang pernah menang Pemilu sejak Reformasi, umumnya memang menang karena ‘swing voters’, yang tak lain adalah para pemilih yang kecewa terhadap penguasa periode sebelumnya.
“Sebagai partai modern, terus terang kami tak ingin seperti berburu di kebun binatang semacam itu. Kami ingin dipilih dan dipercaya masyarakat karena mereka melihat kami perform, punya visi, punya konsep, dan punya program yang jelas," katanya.