Rabu, 1 Oktober 2025

Korupsi KTP Elektronik

Jaksa KPK Cium Adanya Pencucian Uang Usai Dengar Kesaksian Kurir Novanto

Abdul Basir curiga adanya usaha pencucian uang yang dilakukan Setya Novanto memanfaatkan rekening milik kurirnya

Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Johnson Simanjuntak
Rizal Bomantama/Tribunnews.com
Suasana sidang terdakwa E-KTP Setya Novanto di PN Jakpus, Kemayoran, Kamis (14/2/2018). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jaksa KPK Abdul Basir terus mencecar kurir Setya Novanto yang bernama Abdullah mengenai uang yang mondar-mandir di rekeningnya dalam sidang kasus korupsi E-KTP di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kemayoran, Kamis (14/2/2018).

Abdul Basir curiga adanya usaha pencucian uang yang dilakukan Setya Novanto memanfaatkan rekening milik kurirnya tersebut dan rekening milik sekretarisnya yang bernama Kartika Wulansari atau Wulan.

Kecurigaan Abdul Basir berawal dari rekening koran Abdullah yang bisa melakukan transaksi hingga Rp 1 miliar kepada Wulan, padahal Abdullah hanya menerima gaji Rp 4 juta per bulan dari Novanto.

“Saya kok mencium adanya tindak pencucian uang, karena uangnya muter-muter,” ujar Abdul Basir.

Berdasarkan bukti yang dimilikinya Basir menyebut Abdullah kerap melakukan transaksi uang dalam jumlah besar.

Baca: Fredrich Sebut Oknum KPK Telah Menyekapnya

Hal itu ditanyakan langsung Abdullah dalam persidangan.

“Anda pernah diperintahkan untuk tarik tunai, cairkan deposito, cairkan cek, dan buka rekening oleh Wulan?” tanya Basir.

“Pernah Pak,” ujar Abdullah.

Basir pun menyebut Abdullah pernah melakukan transaksi berupa pencairan cek yang dikeluarkan PT Murakabi pada tahun 2009 silam senilai Rp 6 miliar.

Kemudian Basir mengalihkan pertanyaan kepada Abdullah mengenai kepemilikan uang di dalam rekeningnya.

“Lalu uang sebegitu banyak yang mondar-mandir di rekening anda dan Wulan ini milik siapa?” tanya Basir.

“Milik Pak Novanto,” jawab Abdullah.

Abdullah kemudian mengaku sering diminta Novanto untuk melakukan transaksi dengan ‘money changer’ untuk menukarkan rupiah.

“Saya kan sering diminta menukarkan uang kemudian transaksi ke sana kemari, lalu sisa Rp 200 - 300 juta lalu disuruh simpan jika nanti disuruh transaksi lagi,” ujar Abdullah.

“Kalau di tempat anda memang numpang lewat tapi bagaimana uang di rekening Wulan. Beliau sekretaris, tidak mungkin uang sejumlah itu milik dia, itu milik siapa?” tanya Abdul Basir lagi.

“Saya kurang tahu,” jawab Abdullah lagi.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved