Sabtu, 4 Oktober 2025

Kisah Tragis Penjual Sayur, Wajah Hilang dan Membusuk Karena Terkena Kanker Kulit

Meski wajah dan badan ditutup selimut, bau daging membusuk tercium samar-samar di rumah berdinding tembok bercat biru itu.

Editor: Hasanudin Aco
KOMPAS.com/Muhlis Al Alawi
Inilah Jemadi, penjual sayur asal Ponorogo yang mukanya hilang digerogoti kanker kulit empat tahun terakhir. Jemadi terbaring lemah di kediamannya di Dusun Slemanan, Desa Bangunrejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur Jumat (19/1/2018). 

Kuninda tak bisa bercerita banyak tentang kondisi dan awal mula bapaknya terserang penyakit kanker hingga menggerogoti seluruh wajah Jemadi. Kuninda tersibuk dengan anaknya yang terus menangis karena sakit panas tinggi.

Tak berapa lama kemudian, Kuninda memanggil Parti (55), kakak kandung Jemadi yang tinggal tak jauh dari rumahnya.

Menurut Parti, kisah tragis yang menimpa Jemadi terjadi saat adiknya itu masih berjualan sayur di Jakarta empat tahun yang lalu.

Saat itu muncul semacam jerawat di sisi kanan hidungnya.

Tak lama kemudian, benjolan kecil itu pecah karena terkena kuku tangan hingga mengakibatkan hidungnya mengeluarkan banyak darah.

Parti mengatakan saat itu Jemadi sempat dilarikan ke rumah sakit di Indramayu.

Saat itu, dokter memberitahukan Jemadi terkena kanker kulit. Namun saat ditawarkan operasi, Jemadi menolaknya.

Kanker kulit yang dibiarkan kian hari makin membesar hingga akhirnya menggerogoti bagian hidungnya.

Meski hidungnya menghilang, Jemadi masih berjualan di Jakarta untuk menghidupi keluarganya.

Namun hal itu tidak berlangsung lama. Kondisi kesehatannya yang makin memburuk membuat Jemadi memilih pulang kampung halaman untuk tinggal bersama Kuninda, anak sulungnya.

Jemadi dan keluarga pasrah

Kondisi kesehatan Jemadi terus menurun setelah Peni, istrinya meninggal karena sakit ginjal.

Keluarga akhirnya memutuskan membawa Jemadi ke RSUD Dr Harjono untuk mendapat perawatan.

Sesaat berada di rumah sakit milik Pemkab Ponorogo, Jemadi dirujuk ke RSU Dr. Soetomo Surabaya.

"Jemadi sempat dibawa ke Surabaya dan mendapat rumah singgah karena kamar di rumah sakit penuh sehingga harus menunggu. Empat hari menunggu tak dapat kamar, Jemadi meminta dibawa pulang untuk dirawat di rumah," ungkap Parti.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved