Rabu, 1 Oktober 2025

KEIN: Pertumbuhan Ekonomi Berpeluang Lampaui Target

KEIN meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 bisa mencapai 5,7 persen, di atas proyeksi pemerintah sebesar 5,4 persen.

Editor: Content Writer
Adiatmaputra Fajar
Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta 

Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 bisa mencapai 5,7 persen, di atas proyeksi pemerintah sebesar 5,4 persen. Optimisme ini didorong berbagai faktor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta mengatakan target tersebut dapat dicapai apabila ekspor dan investasi digenjot. Berbagai langkah dan upaya perlu dilakukan agar ekspor dan investasi mampu menopang pertumbuhan ekonomi, karena peluangnya memang ada.

“Dari semua komposisi yang menopang pertumbuhan ekonomi, investasi dan ekspor yang paling tepat didorong karena sesuai dengan kondisi dan berbagai sentimen yang ada saat ini,” katanya dalam acara KEIN Meets The CEO di Jakarta, Rabu (17/1/2018).

Hasil kajian KEIN mengungkapkan, kebutuhan investasi dalam negeri untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5,7 persen adalah sebesar Rp4.805 triliun atau tumbuh 6,76 persen dibandingkan tahun 2017.

Adapun sumbernya berasal dari pemerintah Rp262 triliun, perbankan Rp265 triliun, pasar modal Rp711 triliun, belanja modal BUMN Rp499 triliun, PMA-PMDN Rp706 triliun, internal funds korporasi dan lainnya Rp2.362 triliun.

Pada acara yang juga dihadiri oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution itu, Arif Budimanta mengharapkan agar para penanam modal di Tanah Air tidak perlu ragu menggelontorkan modalnya pada tahun ini.

Tahun politik yang digadang-gadang membuat investor menerapkan perilaku wait and see pun tidak perlu ditakutkan.

“Peristiwa politik seperti Pilkada serentak dan rangkaian Pemilihan Presiden tidak akan mengganggu iklim investasi,” jelasnya.

Kesimpulan bahwa peristiwa politik 2018 tidak berisiko sehingga tidak perlu dikhawatirkan, diperoleh dari hasil Focus Group Discussion yang diadakan sebelumnya. Kata dia, dalam diskusi tersebut pesertanya berasal dari dunia usaha, pengamat, akademisi, konsultan survei, serta publik terbatas.

Salah satu alasannya, lanjut Arif, terkendalinya peristiwa politik lantaran polarisasi dari kandidat dan koalisi partai politik relatif cair, serta identitas yang bervariasi dari masing-masing kandidat. Dengan kondisi tersebut populisme diproyeksikan sulit untuk dijadikan bahan kampanye politik.

Iklim Indonesia pun dirasa menjanjikan karena daya saing Indonesia kian meningkat di mata dunia. Salah satunya ialah dengan melonjaknya peringkat Indonesia dalam hal kemudahan melakukan investasi menjadi ke-72 pada 2017.

Indonesia juga menempati peringkat ketiga sebagai negara tujuan investasi yang menjanjikan  atau most promising country, mengacu pada data The Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Report on Overseas Business Operation 2016.

Lebih lanjut Arif menjelaskan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi lebih dari yang ditargetkan pemerintah, hasil simulasi KEIN menemukan bahwa komponen ekspor perlu didorong hingga Rp2.960 atau tumbuh 5,85 persen.

Salah satu momentum yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha dalam negeri untuk ekspor yakni One Belt One Road (OBOR) yang membentuk koridor ekonomi dan pembangungan infrastruktur.

Proyek yang digagas China itu melewati 65 negara, melibatkan 4,4 miliar manusia dan bernilai sekitar 40 persen dari total PDB global dengan skema bilateral.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved