Sabtu, 4 Oktober 2025

Mengenal Lebih Dekat Budaya Ukir Suku Kamoro

"Tentunya hasil penjualan dari kegiatan pameran juga dapat meningkatkan kesejahteraan para pengukir, sehingga kegiatan budaya ini dapat berkelanjutan,

Editor: Adi Suhendi
Istimewa
Pameran seni ukiran Kamoro di Alenia Coffee & Kitchen, Kemang, Jakarta Selatan. 

“Untuk seni ukir Kamoro saja sempat menurun produksinya di bawah tahun 50an. Belum punah, tapi hampir mati. Sehingga kita harus lestarikan agar jangan sampai hilang budaya ini, seperti yang terjadi di pesisir Utara,” ujar Luluk.

Untuk terus menyemangati para pengukir Kamoro dalam berkarya, Yayasan Maramowe membantu melakukan pembinaan terhadap para pengukir agar mereka senantiasa dapat meningkatkan kualitas ukirannya.

Selain itu, membuka akses pasar agar kerajian ukiran ini dapat memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat suku Kamoro.

Luluk beserta tim Yayasan Maramowe kerap turun langsung ke daerah pesisir Selatan Papua untuk mencari ukiran-ukiran terbaik yang dapat dipasarkan.

Program promosi dan pelestarian budaya Kamoro ini diprakarsai Dr Kal Muller, pendahulu Yayasan Maramowe sejak tahun 1996 dengan dukungan Freeport Indonesia.

Perusahaan ini juga ikut mendukung penyelenggaraan Festival budaya Suku Kamoro yang pertama (1997) hingga seterusnya.
Festival ini didatangi para kolektor dan pembeli ukiran kayu mereka yang unik.

Freeport juga aktif mendukung keikutsertaan seniman-seniman Kamoro dalam pameran-pameran yang diselengarakan baik di dalam maupun luar negeri.

Dalam Pameran ini, masyarakat dapat menikmati dan membeli kerajinan ukiran khas suku Kamoro, dan menyaksikan langsung bagaimana proses empat pengukir asli Kamoro mengukir kayu.
Masyarakat juga dapat berinteraksi langsung dengan para pengukir yang senantiasa ramah menjelaskan.

Seorang pengukir, Klemens Nawatipia menuturkan dunia saat ini telah berkembang banyak, jangan sampai anak-anak lupa dengan budaya asli warisan leluhur.

"Saya senang dengan acara ini dan dukungan Freeport hingga kami bisa hadir disini, dan kita tidak lupa akan budaya,” katanya.

Klemens dalam pameran ini banyak mengukir motif khas Kamoro pesisir yaitu, motif Perahu, Udang dan Ikan.

Nuansa Papua yang dihadirkan empunya Alenia Coffee & Kitchen, aktris Nia Zulkarnaen bersama suami Ari Sihasale ini sangat terasa.

Tidak hanya dari dekorasi ruangan, tetapi juga dari hidangan Indonesia Timur yang disajikan, khususnya berbagai jenis kopi asli dari Papua dan hidangan khas Papua lainnya seperti papeda kuah kuning dan jus matoa.

Para penggemar kopi Papua tidak harus jauh pergi ke ujung Timur Indonesia untuk menikmatinya.

Berangkat dari kepeduliannya terhadap Papua, aktris dan aktor yang akrab dengan nama sapaan Ale dan Nia ini menerima ajakan Yayasan Maramowe untuk berkolaborasi menggelar kegiatan pameran dan mengoptimalkan Kedai Kopi mereka sebagai tempat untuk membantu memasarkan dan mempromosikan ukiran hasil karya masyarakat pengukir suku Kamoro.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved