Ini Kata Pengamat soal Rotasi Kepemimpinan TNI
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo bakal segera memasuki masa pensiun pada Maret 2018.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo bakal segera memasuki masa pensiun pada Maret 2018.
Presiden Joko Widodo pun diminta segera menyerahkan nama pengganti Gatot, untuk menjalani uji kelayakan kepada Komisi I DPR RI.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin, mengatakan rotasi merupakan pergerakan yang sangat penting, akan tetapi juga berisiko.
"Rotasi di kepemimpinan TNI sangat penting. Namun rotasi juga berisiko, bisa mengganggu kekompakan ketiga matra di TNI," ujar Ujang ketika dihubungi Tribunnews.com, Selasa (28/11/2017).
Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta ini mengungkap rotasi akan memiliki dampak besar di tubuh TNI.
Rotasi, kata Ujang, tentu akan memiliki risiko atau dampak secara internal maupun eksternal.
Ujang menjelaskan bahwa dari sisi internal, rotasi dapat berdampak pada prajurit yang kecewa jika bos atau pimpinan di matranya tidak terpilih.
"Kalau dari dampak eksternal, jika kita terlihat tidak kompak akan memudahkan pihak internal mengintervensi TNI," terang Ujang.
Namun apapun alasannya, menurut Ujang, siapapun yang nantinya dipilih oleh Presiden harus taat pada Presiden.
"Semua prajurit TNI harus taat kepada Presiden," imbuhnya.
Ujang hanya mengimbau bagi siapapun yang terpilih nantinya, jangan sampai dimanfaatkan dan ditunggangi oleh kepentingan politik sesaat.
Hal itu lantaran, pengganti Jenderal Gatot Nurmantyo nantinya akan dilantik pada masa-masa tahun politik.
"Citra TNI di masyarakat sangat baik. Oleh karena itu, kepercayaan rakyat harus dijaga. Jangan sampai (dimanfaatkan) oleh kepentingan politik," pungkasnya.