Senin, 6 Oktober 2025

Fadli Zon: Pemerintah Harus Segera Sadar dan Bangun dari Mimpi

Wakil Ketua DPR Fadli Zon mencatat data Badan Pusat Statistik (BPS) yang baru merilis rendahnya angka laju inflasi di bulan Oktober 2017.

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Fransiskus Adhiyuda
Fadli Zon. 

"Pertama, penggabungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat. Penggabungan dua kementerian tersebut telah membuat pembangunan perumahan dan sektor properti jadi terabaikan," katanya.

Padahal kata Fadli, sektor inilah yang sebenarnya bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan memiliki efek berantai terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya.

"Dalam tiga tahun terakhir kondisi sektor properti tidak bagus. Pemerintah tak memperhatikan kondisi ini karena terlalu fokus di infrastruktur. Pertumbuhan sektor properti, kredit konstruksi, kredit real estate, dalam tiga tahun terakhir lesu," katanya.

Masalah kedua, pemerintah membangun infrastruktur pada saat negara tak punya duit. Ini adalah persoalan besar.

"Dulu pemerintah Orde Baru membangun infrastruktur pada saat negara mendapatkan windfall profit dari oil boom awal tahun 1970-an. Negara tiba-tiba jadi punya duit banyak dari kenaikan harga minyak, sehingga bisa membangun berbagai proyek infrastruktur, mulai dari membangun sekolah, saluran irigasi, jalan raya, jembatan, pelabuhan, bendungan, dan lain-lain," katanya.

Dirinya juga menyoroti masa pemerintahan SBY.

Pemerintah kala itu mengadakan Infrastructure Summit pada Januari 2005 dan memperkenalkan MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) pada saat menikmati booming harga komoditas.

"Itupun anggarannya tak jor-joran seperti pada masa pemerintahan Jokowi-JK," kata Fadli.

Ketiga, penugasan pembangunan infrastruktur telah berdampak serius terhadap sejumlah BUMN strategis.

Skema pembangunan infrastruktur yang dulu katanya tak membebani APBN, terbukti hanya fiksi, karena pada kenyataannya proyek-proyek itu dibiayai oleh utang yang dibuat BUMN dengan risiko yang pada akhirnya akan jadi tanggungan negara.

"Bulan lalu, misalnya, kita disuguhi informasi tentang kemungkinan PLN mengalami gagal bayar akibat besarnya utang yang akan jatuh tempo. Sebagian beban PLN itu digunakan untuk membiayai proyek infrastruktur yang ditugaskan oleh pemerintah," kata Fadli.

Keempat, pembangunan infrastruktur telah membuat pemerintah mengabaikan persoalan-persoalan jangka pendek yang bersifat vital bagi kehidupan rakyat.

"Untuk membiayai infrastruktur, selain dari utang, pemerintah telah mencabut 77 persen subsidi untuk rakyat. Akibatnya rakyat mengalami penurunan daya beli dan tingkat konsumsi, padahal perekonomian kita ditopang oleh konsumsi," katanya.

Menurutnya, penurunan daya beli dan konsumsi masyarakat ini telah membuat ekonomi lesu.

"Dan kelesuan itu kini sedang memukul balik struktur perekonomian secara umum. Jika pemerintah tak segera mengevaluasi pembangunan infrastruktur, beban kita di masa depan akan jadi semakin berat," kata Fadli.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved