Fahri Hamzah: Pak Jokowi Ambigu Soal Klemar-klemer atau Otoriter
"Beda kalau orang bilang negara yang rezimnya otoriter, saya sering sebut beberapa negara tertutup, misalnya Korea Utara,"
lihat foto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengkritik pernyataan Presiden Joko Widodo yang membantah dirinya disebut otoriter.
Fahri menjelaskan, Jokowi tidak menjelaskan maksudnya membantah tudingan otoriter.
Begitu juga dengan sebutan klemar-klemer yang ditujukan kepadanya di awal memimpin RI.
Baca: Filosofi Di Balik Bubur Lemu dan Wejangan Jokowi Kepada Agus Yudhoyono
"Jadi kritik kepada Pak Jokowi itu harus konten, misalnya Jokowi katakan, saya lemah dibilang klemar-klemer, saya nutup ormas dibilang otoriter. Jadi saya ini klemar-klemer apa otoriter? Ini sebenarnya, kan ambigu yang harus dijelaskan," kata Fahri di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (11/8/2017).
"Pak Jokowi sebagai postur ngga ada tampang otiriter, tidak diktator," imbuhnya.
Fahri menjelaskan, Jokowi hidup dalam rezim demokrasi.
Baca: Jokowi Minta Dua Menterinya Tak Hanya Beri Piala, Tapi Beri Proyek Bagi Pemda
Dirinya malah menyindir perawakan Jokowi yang menurutnya 'tidak kuat'.
"Beda kalau orang bilang negara yang rezimnya otoriter, saya sering sebut beberapa negara tertutup, misalnya Korea Utara," katanya.
Menurut dia, meskipun pemimpi Korea Utara imut-imut tetap saja otoriter.
"Dia bisa mengeksekusi pamannya, hukum ngga bicara. Sementara Pak Jokowi hidup di negara demokrasi. Sudah negaranya demokrasi, tampangnya juga begitu, tidak kuat gitu," kata Fahri.
Baca: Jokowi Sebut Banyak Harga Rumah Dikisaran Rp 110 Juta Di Wilayah Depok, Tangerang, dan Bogor
Fahri pun menilai, meskipun tidak kuat, tapi Jokowi mengesahkan Perppu Ormas.
"Saya tetap menganggap itu anasir otoriter yang perlu di waspadai. Karena meletakan pasal-pasal yang membolehkan negara mengambil keputusan sepihak," katanya.
