Kamis, 2 Oktober 2025

Pengamat: Sangat Berat Bagi Jokowi Gandeng Gatot Nurmantyo Jadi Cawapres

Pengamat Politik Ray Rangkuti menilai popularitas dan elektabilitas Gatot Nurmantyo belum cukup memadai untuk masuk dalam bursa Pilpres.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri (kanan) diberikan cinderamata oleh Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kiri) saat menghadiri acara pembekalan calon Perwira Remaja di Mabes TNI, Jakarta, Jumat (21/7/2017). Dalam pembekalan tersebut Megawati Soekarnoputri memberikan paparan mengenai kebhinekaan. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sangat berat bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggandeng Panglima TNI Gatot Nurmantyo, yang akan pensiun pada Maret 2018 akan mendampingi Joko Widodo dalam Pilpres 2019.

Kenapa demikian?

Pengamat Politik Ray Rangkuti menilai popularitas dan elektabilitas Gatot Nurmantyo belum cukup memadai untuk masuk dalam bursa pencalonan dalam pilpres.

Karena menurutnya, Jokowi membutuhkan figur yang dapat menyumbang suara bagi dirinya pada pemilu 2019 yang akan datang.

"Menggandengn Gatot Nurmantyo sama dengan Jokowi harus bekerja dua kaki lipat untuk mendapatkan dukungan," ujar Ray Rangkuti kepada Tribunnews.com, Sabtu (22/7/2017).

Baca: Pengamat: Terlalu Dini Wacanakan Gatot Nurmantyo Jadi Cawapres Jokowi

Selain itu Gatot Nurmantyo juga tidak memiliki partai atau bahkan dukungan dari partai.

Artinya, ia menjelaskan, basis Gatot Nurmantyo kesulitan memberi suara dari basis massa. Lalu juga tak mendapat dukungan yang memadai dari partai.

"Padahal dengan President Treshold 20%, Jokowi benar-benar membutuhkan dukungan partai politik," jelasnya.

Bukan hanya itu, Gatot Nurmantyo tidak menjawab kebutuhan pragmatis dan politis Jokowi.

Kebutuhan pragmatisnya adalah mendongkrak suara bagi kemenangan Jokowi.

Khususnya dari basis-basis umat Islam moderat yang merupakan pemilih terbesar pada pilpres 2019 yang akan datang.

"Sedang kebutuhan politisnya adalah mendapat kenderaan dan dukungan partai politik," katanya.

Dengan pertimbangan di atas, ia melihat, Jokowi membutuhkan figur yang memang berakar berurat di tengah masyarakat.

"Pun dengan rekam jejak politik yang dalam, memiliki jaringan luas dan pengalaman yang mumpuni, memiliki basis politik di masyarakat dan di partai politik," jelasnya.

Sebelumnya, Politikus NasDem, Teuku Taufiqulhadi mulai mewacanakan kandidat alternatif.

"Yang kami duga Pak JK Tidak bersedia lagi ikut untuk periode mendatang. Kami sedang memikirkan pendamping yang kuat seperti Pak JK," kata Taufiqulhadi, di Gedung DPR, Jumat (21/7/2017).

Lalu, siapa kandidat yang dianggap layak menjadi pendamping Jokowi dalam Pilpres 2019 di mata NasDem? Yang dipandang mulai muncul dan mumpuni adalah Panglima TNI Gatot Nurmantyo, yang akan pensiun pada Maret 2018.

"Sejauh ini, di mata kami, yang cukup baik adalah Pak Gatot Nurmantyo, yang menjabat sebagai Panglima TNI sekarang," katanya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved