Senin, 6 Oktober 2025

Aksi Petani Kendeng

Kartini Kendeng: Tanpa Pabrik Semen Pun Kita Sudah Sejahtera

"Bagi warga Kendeng, alam yang asri tanpa industri adalah penopang hidup utama,"

Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Rizal Bomantama
Komnas Perempuan menyerahkan hasil investigasi dampak negatif pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng kepada warga perempuan Kendeng sebagai peringatan Hari Kartini di Kantor Komnas Perempuan, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (21/4/2017). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beban kehidupan terlihat dari raut wajah sedih Sukinah (37) dan Giyem (33).

Kedua petani asal Pati dan Rembang ini menghadiri undangan peringatan Hari Kartini sederhana di Kantor Komnas Perempuan, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (21/4/2017) sore.

Gestur tubuh mereka nampak kaku saat mendampingi pimpinan Komnas Perempuan mempresentasikan adanya dugaan pelanggaran HAM akibat pembangunan serta aktifitas penambangan di Pegunungan Kendeng, Rembang.

Keduanya juga tampak malu-malu saat memberi gambaran mengenai kondisi perempuan di lokasi yang mereka sebut tanah tumpah darah Kartini.

Mengenakan pakaian khas adat pedesaan di Pati dan Rembang, kini mereka yang terbiasa bertani harus berjibaku melawan kerusakan alam.

Komisioner Komnas Perempuan, Adriana Veny Aryani menjelaskan perempuan yang turut menjadi pejuang Kendeng adalah refleksi visioner RA Kartini.

Mereka meminta kembali hak asasi manusia yang melekat pada warga negara, termasuk kaum perempuan.

"Bagi warga Kendeng, alam yang asri tanpa industri adalah penopang hidup utama," katanya.

Kata dia, warga akan merasa dihilangkan hak hidupnya saat Pegunungan Kendeng sebagai sumber air utama diubah menjadi kawasan industri.

"Bagi mereka tanah pertanian dan keasrian alam di Kendeng lebih baik daripada kemajuan ekonomi yang dijanjikan pemerintah lewat pabrik semen," ucapnya.

Sukinah dan Giyem sendiri mengucapkan terima kasih kepada lembaga Komnas Perempuan dan awak media yang terus memberikan perhatian terhadap kasus di Pegunungan Kendeng.

Giyem mengatakan pemerintah harus merasakan menjadi masyarakat yang terpinggirkan dan tidak didengarkan hak-haknya.

"Tanpa pabrik semen pun kita sudah sejahtera. Ada pabrik semen justru menghancurkan segala lini kehidupan kami," ungkapnya.

Komnas Perempuan melalui presentasi tersebut juga mengingatkan negara untuk konsisten dan mewujudkan spirit RA Kartini untuk menentang pemiskinan dan merawat tanah air.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved