Sabtu, 4 Oktober 2025

Penangkapan Terduga Teroris

Terduga Teroris Banten Sering Berlatih Panah Sore Hari di Depan Rumahnya

Bambang diduga masuk dalam jaringan kelompok Suryadi Masud. Dia dikabarkan pernah mengikuti pelatihan militer bersama kelompok teror di Filipina.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Pol Martinus Sitompul memberi keterangan kepada wartawan terkait penangkapan terduga teroris di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (24/3/2017). Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap delapan terduga teroris di sejumlah daerah yakni di Bekasi, Tangerang, dan Banten dan satu diantaranya tewas karena melawan petugas. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Polisi paling banyak menangkap terduga teroris di depan pabrik semen PT Merah Putih, Jalan Raya Cilegon Anyer, Ciwandan, Cilegon, Banten.

NK tewas tertembak peluru petugas karena melakukan perlawanan dengan melepaskan tembakan dari senjata api jenis FN dan menabrak mobil anggota Densus 88.

Menurut tetangganya, Bambang bukan sosok yang tertutup dengan lingkungan sekitar. Dia sering bersosialisasi dengan warga.

Bambang bahkan sering bermain bulutangkis dengan warga. Dia juga aktif dalam kerja bakti warga.

"Cuma minggu kemarin doang dia tidak bantu," ujar Wanto.

Bambang telah tinggal di lingkungan tersebut selama lima tahun. Dia tinggal bersama istrinya, Eva, dan keempat anaknya.

Di lingkungan setempat, Bambang dikenal sebagai teknisi komputer atau IT. Dia kerap memperbaiki komputer warga yang rusak.

Bahkan Bambang menyediakan layanan jaringan internet kepada warga secara mandiri.

Baca: Tiga Tersangka Pungli Pelabuhan Samarinda Ditahan di Polda Metro Jaya

Jaringan Internet tersebut dipancarkannya melalui antena pemancar setinggi sekitar 10 meter yang berada di rumahnya.

"Kita bayar Rp 150 ribu ke dia setiap bulan. Dia emang jago sih ngerakit begituan (komputer)," ujar Wanto.

Berhenti Kerja, Istri Pakai Cadar
Di mata teman masa kecilnya, Gunawan, Bambang bukan merupakan sosok yang keras atau fanatik dalam agamanya.

Gunawan mengaku terakhir kali bertemu Bambang setahun yang lalu.

"Saya biasa manggil dia Ecoy, orangnya sih dulu biasa aja," aku Gunawan.

Gunawan mengatakan Bambang sempat menunjukkan perubahan ketika mulai berhenti dari pekerjaannya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved