Kamis, 2 Oktober 2025

Pemberian Cinderamata kepada Jokowi Dilakukan Secara Situasional

"Tapi kalau kita nilainya lebih dari berjuta-juta, feeling, feeling kan. Lapor (Komisi Pemberantasan Korupsi). Gratifikasi," ucap Djumala.

tribunnews.com
Jokowi Jadi Sopir Raja Salman 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Sekretariat Presiden, Darmansjah Djumala, menungkapkan tradisi pemberian cinderamata ketika kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo atau saat presiden menerima kunjungan kenegaraan kepala negara lainnya dilakukan secara situasional.

"Memang bukan tradisi, diharuskan, istilah saya situasional ya. Sama dong. Tidak ditradisikan, situasional. Artinya kalau mereka kasih, ya kasih dong," ujar Djumala di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (8/3/2017).

Baca: Menlu Retno Bantah Sembunyikan Pedang Emas Pemberian Raja Salman

Djumala mengungkapkan sejauh ini pihak Istana menganut asas resiprokal atau timbal balik, jika Presiden menerima, otomatis Presiden juga memberi cinderamata.

Namun, Djumala mengatakan barang-barang cinderamata dari kepala negara tersebut masuk ke dalam kategori barang milik negara.

"Tapi kalau kita nilainya lebih dari berjuta-juta, feeling, feeling kan. Lapor (Komisi Pemberantasan Korupsi). Gratifikasi," ucap Djumala.

Djumala memberi contoh ketika Presiden Jokowi melakukan kunjungan kenegaraan ke Rusia pada bulan Mei 2016 lalu.

Saat itu, Rosneft, perusahaan tambang terbesar di Rusia memberikan hadiah kepada Presiden Jokowi dan telah dilaporkan ke KPK.

"Seperti contoh Rosneft, kita kasih. Mereka yang menilai, ada asesor. Kita dilaporin, jumlahnya segini loh. Makanya kita laporin, karena ternyata memang gede. Gitu," tutur Djumala.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved