Senin, 6 Oktober 2025

Ketua DPR Minta Pemerintah Tetap Dukung Proses Perdamaian di Suriah

Ketua DPR RI, Setya Novanto berduka atas tewasnya Duta Besar Rusia untuk Turki, Andrei Karlov yang tertembak

Editor: Sanusi
Capture Youtube
Duta Besar Rusia untuk Turki, Andrey Karlov, ditembak orang tidak dikenal. Karlov ditembak saat tengah memberikan pidatonya di pameran fotografi. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPR RI, Setya Novanto berduka atas tewasnya Duta Besar Rusia untuk Turki, Andrei Karlov yang tertembak saat menghadiri pameran foto di Ankara.

Novanto menyayangkan terjadinya penembakan yang dilakukan oleh Mevlut Mert Aydintas, salah seorang aparat kepolisian Anti huru-hara Turki.

"Sebagai Pimpinan DPR RI, saya menyayangkan peristiwa tersebut terjadi di saat Rusia dan Turki justru berada dalam pusaran Konflik Suriah. Sebagaimana kita ketahui, kedua negara tersebut sedang terlibat aktif dalam proses perdamaian di Suriah, sebuah proses yang berusaha meminimalisir konflik antara pro Pemerintah dan Kalangan Oposisi," kata Novanto dalam keterangan tertulisnya, Selasa (20/12/2016).

Novanto menuturkan, Rusia dan Turki sebagai dua kekuatan yang terlanjur masuk dalam wilayah konflik. Berbagai upaya diplomasi yang berlangsung beberapa hari belakangan ini paska kejadian di Aleppo Timur yang menewaskan ratusan orang dan membuat ribuan warga harus mengungsi, seakan tercederai oleh peristiwa penembakan ini.

"Saya berharap Pemerintah Indonesia juga tetap tidak mengendurkan sikap untuk tetap mendukung proses perdamaian di Suriah. Tentu kita tidak memandang persoalan ini sebagai persoalan dalam negeri Suriah semata atau persoalan kepentingan semenanjung Arab dan kepentingan-kepentingan asing di luarnya," ujar Novanto.

"Kita memandang persoalan ini sebagai persoalan kemanusiaan. Siapapun itu, apapun ras, suku dan agamanya, nyawa manusia tidak bisa ditawar," ujar Novanto lagi.

Karena itu, sebagai Pimpinan DPR RI Novanto juga mengimbau kepada seluruh kepentingan terkait perdamaian Suriah harus terus dilanjutkan. Baik melalui mediasi oleh PBB maupun oleh Rusia, Turki, AS dan Iran.

"Kita berkepentingan pada kemanusiaan. Rusia dan Turki pun berkepentingan pada kemanusiaan. Kita sisihkan kepentingan kekuasaan, jauh di bawah kepentingan kemanusiaan," tutur Novanto.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved