Jumat, 3 Oktober 2025

Penangkapan Terduga Teroris

Proyeksi Keamanan 2017, Pelaku Bom Bunuh Diri dari Perempuan Diprediksi Bertambah

‎Sepanjang 2016, Indonesia diwarnai dengan berbagai aksi teror, penangkapan serta penggeledahan terhadap para terduga teroris oleh Densus 88.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Tim Puslabfor Polri bersama Tim Densus 88 Antiteror melakukan olah tkp rumah kontrakan terduga teroris di Bintara, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (11/12/2016). Puslabfor Polri membawa lima paper bag dan dua kardus ukuran sedang usai melakukan olah tkp lanjutan atas penggerebekan terduga teroris dan penemuan bom berdaya ledak tinggi pada Sabtu (10/12/2016). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - ‎Sepanjang 2016, Indonesia diwarnai dengan berbagai aksi teror, penangkapan serta penggeledahan terhadap para terduga teroris oleh Densus 88 Mabes Polri.

Lalu bagaimana dengan 2017 nanti? Akankah Indonesia kembali dilanda aksi teror?

Ditambah lagi, terungkap kelompok teroris Nur Solihin telah merekrut dua perempuan yakni Dian Yulia Novi dan Ika‎ Puspitasari sebagai calon 'pengantin' bom bunuh diri.

Dian Yulia Novi akan melakukan aksi bom bunuh diri di Istana Merdeka, Minggu (11/12/2016) saat pergantian jaga Paspampres.

Sementara Ika Puspitasari‎ akan melakukan aksi bom bunuh diri di luar Pulau Jawa yakni Bali, saat perayaan pergantian tahun 2017 nanti.

Menjawab hal ini, Pengamat Terorisme Indonesia, Al Chaidar ‎memprediksi tahun 2017 mendatang, dunia terorisme masih akan ramai dan hal ini harus menjadi perhatian banyak pihak.

Kemudian menyoroti soal fenomena ‎kaum perempuan yang kini banyak direkrut menjadi bagian dari anggota teroris, bahkan sebagai calon pengantin menurut Al Chaidar, di tahun 2017 calon pengantin perempuan masih terus bermunculan.

"Prediksi saya akan sangat ramai dunia terorisme tahun 2017. Pengantin perempuan akan hadir kembali, mungkin bukan hanya dari kalangan eks TKW, akan ramai juga dari kalangan umum," terang Al Chaidar padaTribunnews.com, Senin (19/12/2016).

‎Ketua Presidium IPW, Neta S Pane menuturkan dilibatkannya kaum perempuan sebagai pelaku bom bunuh diri atau pengantin seperti Dian Yulian Novi dan Ika Puspitasari adalah fenomena baru dalam sejarah terorisme di Indonesia.

Sebab calon pengantinnya atau pelaku bom bunuh dirinya adalah perempuan.

"Ini baru pertama kali perempuan terlibat sebagai calon pengantin. Inilah yang menarik dari penangkapan teroris di Bintara Bekasi. Munculnya pengantin perempuan menunjukkan tokoh-tokoh teroris Indonesis berhasil melebarkan sayap dan memperkuat pengaruhnya dalam menebar teror maupun membangun jaringan serta merekrut kader-kader baru," ungkap Neta.

Beruntung Polri bekerja cepat dan sigap sehingga rencana keterlibatan pengantin perempuan dalam aksi teror bom bisa dicegah.

Tidak bisa dipungkiri lagi, deteksi dini dan antisipasi Intelijen Polri patut diacungi jempol.

Meski begitu, menurut Neta, Polri perlu terus memperkuat intelijennya untuk menggali sejauhmana keterlibatan kaum perempuan di balik aksi teror dan sudah seberapa banyak kader-kader perempuan direkrut dan disiapkan.

"Ini perlu dicermati Polri karena ini sebuah ancaman baru bagi keamanan nasional. Kita jadi teringat dengan pasukan inong bale dalam konflik Aceh dimana GAM berhasil membina pasukan perempuan dengan nama inong bale," tuturnya.

Neta melanjutkan pasukan perempuan ini tergolong nekat dan berani. Sikap toleran dan permisif pada perempuan menjadi peluang tersendiri bagi mereka untuk beraksi.

Bagaimana caranya, ditegaskan Neta, Polri perlu memutus mata rantai pembinaan pengantin perempuan yang dilakukan kelompok teroris agar serangan teror baru yang lebih nekat tidak terjadi.

Apalagi secara psikologis masyarakat masih menganggap perempuan sebagai kaum yang lemah sehingga toleransi terhadap perempuan sangat tinggi.

Masih menurut Neta, situasi psikologis ini bisa saja dimanfaatkan tokoh-tokoh teroris untuk memperalat pengantin perempuan demi menebar teror di wilayah vital dan strategis terutama menjelang Natal dan tahun baru.

Untuk itu Polri perlu bekerja keras untuk memutus dan mematahkan mata rantai para pengantin perempuan ini agar mereka tidak dimanfaatkan untuk menebar teror bom.

Terpisah, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Kepolisian (Lemkapi), Edi Hasibuan juga menyatakan hal yang sama bahwa tahun 2017, aksi teror akan semakin meresahkan masyarakat.

Terlebih kini aksi para pelaku teror di dalam negeri dikendalikan oleh ISIS di luar negeri. Sehingga Lemkapi meminta Polri memperkerat pengawasan terhadap jaringan terorisme.

Selain itu, Lemkapi juga meminta aparat penegak hukum jangan ragu memberikan sanksi hukum yang lebih tegas dalam memberatas terorisme.

"Perlu juga dukungan dari TNI dan partisipasi masyarakat. Pemerintah Daerah, RT, RW sangat dibutuhkan untuk membantu Polri menindak teroris. Teroris adalah musuh bangsa," pungkas Edi Hasibuan.

Selain itu, Edi yang juga mantan anggota Kompolnas ini meminta pemerintah baik BNPT maupun Polri agar memperhatikan keluarga serta anak-anak para pelaku teror agar pada masa mendatang mereka tidak dendam pada negara karena orang tuanya ditangkap aparat.

"Ini bagian dari pencegahaan. Saat ini kami melihat Polri sudah mulai memikirkan ke arah itu dan membuat sekolah-sekolah pada keluarga teroris. Tapi keberadaanya masih belum mendapat perhatian serius dari negara. Menurut kami pencegahan lebih baik dari pada penegakan hukum. Kita ingin aksi teror bisa terus ditekan," bebernya.

Edi juga meminta kaum perempuan agar waspada bila ada upaya pendekatan yang dilakukan orang tidak dikenal untuk direkrut menjadi calon pengantin.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved