Sabtu, 4 Oktober 2025

Gempa di Aceh

BNPB Ingatkan Agar Bayi Tetap Diberikan ASI Oleh Ibu di Pengungsian

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan kepada ibu menyusui agar memberikan Air susu ibu

SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR
Presiden Joko Widodo membagikan buku kepada anak-anak saat mengunjungi pokso pengungsi di Masjid Besar At-Taqarrub, Kecamatan Trieng Gadeng, Pidie Jaya, Jumat (9/12/2016). Jumlah pengungsi akibat gempa tektonik 6,4 skala Richter yang mengguncang Pidie Jaya (Pijay) dan sekitarnya sudah mencapai 17.029 orang pada Kamis (8/12) siang. Sebanyak 13.029 orang di antaranya berada di Kabupaten Pijay, sedangkan 4.000 orang lagi di Kabupaten Bireuen. SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan kepada ibu menyusui agar memberikan Air susu ibu (ASI) bagi bayinya di dalam pos pengungsian.

Hal itu disampaikan BNPB mengingat seperti di pos pengungsian Gampong Tu Kecamatan Panteraja Kabupaten Pidie Jaya, terdapat 63 jiwa bayi usia 0-4 tahun dan 60 jiwa usia 5-9 tahun dari total 500 jiwa (200 KK).

"Air susu ibu adalah makanan yang paling sempurna bagi bayinya," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho kepada Tribunnews.com, Minggu (11/12/2016).

Pemberian bantuan berupa makanan untuk bayi dan balita tidak dapat dilakukan dengan sembarangan. Bagi ibu dan bayi yang masih menyusui harus mendapat perhatian.

Bagaimana pun, Sutopo tegaskan, menyusui dalam kondisi darurat menjadi lebih penting karena terbatasnya sarana untuk penyiapan susu formula, seperti air bersih, bahan bakar dan juga kesinambungan tersedianya susu formula dalam jumlah yang memadai.

Bahkan pemberian susu formula akan meningkatkan risiko terjadinya diare, kekurangan gizi dan kematian bayi.

Beberapa pengalaman sebelumnya di Indonesia saat tanggap darurat bencana, menunjukkan bahwa susu formula dan susu bubuk adalah bantuan yang umum diberikan dalam keadaan darurat.

Sayangnya, produk-produk ini seringkali dibagikan tanpa kontrol yang baik dan dikonsumsi oleh bayi dan anak-anak yang seharusnya masih harus disusui.

Hasil dari sebuah penilaian yang dilakukan UNICEF satu bulan setelah gempa di Yogyakarta di tahun 2006 menunjukkan bahwa tiga dari empat keluarga yang memiliki anak-anak di bawah usia enam bulan juga menerima bantuan susu formula.

Hasil tersebut juga menunjukkan adanya peningkatan konsumsi susu formula dari 32% sebelum gempa menjadi 43% setelah gempa.

Akibatnya, kasus-kasus penyakit diare di kalangan bayi usia di bawah enam bulan yang menerima bantuan susu formula dua kali lebih banyak dibandingkan mereka yang tidak menerima bantuan itu.

Di samping itu, secara rata-rata, angka diare di kalangan anak-anak usia antara 6 – 23 bulan adalah 5 kali lebih besar dari angka sebelum gempa.

Unicef dan WHO telah mengingatkan bahaya pemberian susu formula di pengungsian.

Apa yang terjadi pasca bencana Gempa di Bantul Yogyakarta hendaklah dijadikan pelajaran.

Pemberian susu formula kala itu justru meningkatkan terjadinya diare pada anak dibawah usia dua tahun. Dimana ternyata 25 % dari penderita itu meminum susu formula.

Oleh karena itu pastikan tidak ada donasi susu formula dan produk bayi lainnya seperti botol, dot, empeng tanpa persetujuan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

Tidak perlu sumbangan susu formula, susu bubuk dan botol bayi dalam kondisi darurat bencana.

"Ibu yang menyusui anaknya harus diberikan dukungan dan bantuan praktis untuk meneruskan menyusui. Mereka tidak boleh sembarangan diberikan bantuan susu formula dan susu bubuk," jelasnya.

Sedangkan bagi ibu yang sudah tidak lagi menyusui, misalnya ibu yang telah menyapih anaknya harus didukung untuk memulai relaktasi dan mencari ibu susu untuk bayi tanpa ibu.

Lebih lanjut jika ada bayi yang tidak bisa disusui, bayi tersebut harus diberikan susu formula dan perlengkapan untuk menyiapkan susu tersebut, dibawah pengawasan yang ketat dan kondisi kesehatan bayi harus tetap dimonitor.

Botol bayi sebaiknya tidak digunakan karena risiko terkontaminasi, kesulitan untuk membersihkan botol. "Gunakan sendok atau cangkir untuk memberikan susu kepada bayi," ucapnya.

Jika ada bayi yang tidak bisa disusui karena alasan medis di bawah pengawasan ketat petugas kesehatan terlatih, pastikan terdapat saranan air bersih yang memadai dan peralatan penyiapan yang higenis, dan pemberian tersebut harus selalu dimonitor.

"Dihimbau masyarakat dan semua pihak untuk memperhatikan jenis bantuan yang diperlukan. Niat baik untuk membantu sesama agar justru tidak menimbulkan masalah baru khususnya bagi bayi dan balita di pengungsian," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved