Jumat, 3 Oktober 2025

Pohon Sagu Cocok Ditanam di Lahan Gambut

Makin basah tanahnya, justru sagu akan tumbuh semakin subur dan tidak akan mati.

Editor: Eko Sutriyanto
KOMPAS.com/ESTU SURYOWATI
Pohon Sagu di Papua Barat 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Bencana kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia pada tahun 2015 lalu, merusak hingga 2,6 juta hektar lahan yang dimana 35% nya adalah lahan gambut.

Badan Restorasi Gambut (BRG) memperkirakan, butuh Rp10 triliun untuk merestorasi lahan gambut tersebut dalam lima tahun ke depan.

Salah satu langkah restorasi ini adalah dengan menanami kembali lahan gambut.

“Tanaman yang cocok untuk lahan gambut salah satunya sagu. Sagu sangat cocok buat gambut karena senang tumbuh di tanah basah dan air. Sagu dapat tumbuh di genangan air,” kata Nazir Foead, Kepala BRG, Senin (29/11) di Jakarta.

Penggunaan tanaman sagu untuk memulihkan lahan gambut sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2016, yang menjadi dasar pembentukan BRG.

Menurut Nazir, semakin basah tanahnya, justru sagu akan tumbuh semakin subur dan tidak akan mati.

Budidaya tanaman sagu membawa dampak yang sangat positif, karena secara ekologis, sagu memiliki kemampuan untuk menyimpan air.

Dia menjelaskan, pohon sagu memang termasuk investasi jangka panjang karena berusia delapan tahun baru ditebang dan diambil patinya.

Hebatnya,  saat sagu ditebang, anak atau bibitnya tumbuh sendiri, seperti pisang.

Lahan gambut adalah lahan yang terutama terbentuk di lahan basah dan memiliki jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa – sisa pepohonan yang setengah membusuk oleh genangan air sehingga memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Sebagian besar lahan gambut masih berupa hutan yang menjadi habitat tumbuhan dan satwa langka.

Lahan gambut bisa ditemukan di hampir semua negara, mulai dari iklim kutub, sub tropis hingga tropis.

Asia Tenggara sendiri memiliki lahan gambut tropis terluas di dunia yaitu sekitar 60% dari total area gambut tropis di dunia atau sekitar 27 juta hektar dan sekitar 83% - nya terdapat di Indonesia, yang sebagian besar tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua.

Tanah gambut memiliki kemampuan menyimpan air hingga berkali-kali lipat dari bobotnya. Oleh karena itu perannya sangat penting dalam hidrologi, seperti mengendalikan banjir saat musim hujan dan mengeluarkan cadangan air saat kemarau panjang.

Kerusakan yang terjadi pada lahan gambut bisa menyebabkan bencana bagi daerah sekitarnya.

Lahan ini pada dasarnya tidak mudah terbakar secara alami bahkan pada daerah beriklim kering pun, namun lahan gambut di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mengalami laju kerusakan tertinggi di dunia yang terutama akibat pengelolaan yang kurang tepat dari aktivitas konversi hutan gambut menjadi lahan pertanian, perkebunan dan kehutanan.

Pemanfaatan lahan gambut untuk budidaya tanaman sagu atau rumbia memiliki dampak yang sangat positif, bukan hanya secara ekologis, namun juga secara ekonomis, karena budidaya sagu di lahan gambut memilik pola penanaman yang sangat sederhana, tanpa membutuhkan perawatan yang khusus.

Tak hanya untuk restorasi gambut saja, seperti yang banyak diketahui, tanaman sagu juga memiliki banyak aspek positif untuk kesejahteraan masyarakat sekitar pada khususnya dan juga nasional pada umumnya.

Vegetasi sagu berfungsi untuk membersihkan udara dan menghasilkan 02 yang sangat diperlukan makhluk hidup.

Selain itu apabila dibudidayakan dengan baik sagu dapat menjadi komoditas pangan penting demi menunjang program ketahanan pangan nasional dan juga membantu pemerintah dalam mengurangi impor gula.

Belum lagi, pemanfaatan kulit sagu maupun ampas sagu yang dapat digunakan untuk menghasilkan biomass yang dapat mendukung program energi terbarukan pemerintah.

“Disayangkan apabila potensi sagu yang cukup besar ini tidak dikelola dan dioptimalkan dengan baik. Terutama mengingat fakta bahwa Indonesia memiliki hampir lebih dari 90% total luas areal sagu di dunia – yaitu 5,5 juta hektar dari total 6,5 juta hektar area sagu di dunia,” ujar ujar Dwi Asmono, anggota Dewan Pakar - Masyarakat Sagu Indonesia (MASSI).

Menurut Dwi, dalam jangka pendek, sagu dapat membantu pemerintah mencegah bencana kebakaran hutan di lahan gambut, dan dalam jangka panjang tanaman multiguna ini dapat membantu pemerintah mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Juga mengurangi impor beberapa bahan pangan utama, sumber energi alternative masa depan dan juga meningkatkan kualitas hidup dan sosial-ekonomi masyarakat sekitar dan nasional pada umumnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved