Jumat, 3 Oktober 2025

Perompak Datang Tengah Malam Lalu Membunuh Kapten FV Naham 3

Ia memutuskan untuk bertahan di ruang mesin, bersembunyi di sudut dengan harapan bisa lolos dari penyisiran para perompak.

Editor: Wahid Nurdin
Tribunnews.com/Nurmulia Rekso Purnomo
Suasana haru mewarnai proses serah terima empat Anak Buah Kapal (ABK) FV Naham III yakni Sudirman, supardi, Ade Manurung dan Elson Pesireron, di kantor Kementerian Luar Negeri (Kemnlu), Jakarta Pusat, Senin (31/10/2016). 

Laporan Wartawan TRIBUNnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sudirman masih ingat betul, bahwa pada 23 Maret 2012, pada pukul 02.00 dini hari waktu setempat, saat para awak FV Naham 3 baru saja selesai bekerja, tiba-tiba saja terdengar suara tembakan.

Kepada wartawan di kantor Kementerian Luar Negri (Kemenlu), Jakarta Pusat, Senin (31/10/2016), laki-laki asal Medan, Sumatera Utara itu mengingat bahwa suara tembakan tersebut terdengar membabi buta.

Salah satu peluru yang ditembakan itu masuk ke ruang kapten, dan melukai Chung Hui-Teh, sang kapten kapal.

"Kami pasarah, kalut lari kemana saja," katanya.

Kejadian tersebut berlangsung di perairan lepas, tak jauh dari wilayah perairan Somalia.

Saat kejadian tersebut berlangsung, kapal FV Naham 3 berada di wilayah berbahaya, di mana kerap terjadi insiden pembajakan oleh perompak Somalia.

Ade Manurung, yang bertugas megnurus mesin di kapal tersebut juga mendengar tembakan membabi buta itu.

Ia memutuskan untuk bertahan di ruang mesin, bersembunyi di sudut dengan harapan bisa lolos dari penyisiran para perompak.

Tak lama setelah terdengar suara tembakan, sang kapten kapal masuk ke ruang mesin berjalan tertatih, dengan kondisi leher yang dipenuhi darah.

Ternyata peluru yang ditembakan para perompak sempat menembus leher Chung Hui-teh.

Di ruangan mesin itu akhirnya sang kapten ambruk, dan mengembuskan nafas terakhrinya.

"Kapten kami ditembak di ruangannya, lalu berjalan ke ruang mesin, sekitar tiga puluh menit kemudian meninggal," ujarnya.

Setelahnya para perompak berhasil naik ke atas dek kapal. Ade Manurung mengingat jumlah mereka sekitar lima belas orang, dengan bersenjata laras panjang.

Semua awak kapal dikumpulkan di ruangan kapten, termasuk dirinya yang sempat bersembunyi di ruang mesin.

Sejak saat itu para awak kapal tersebut berada dalam penyanderaan perompak asal Somalia.

Mereka tidak langsung dibawa ke darat sebagaimana yang terjadi terhadap awak kapal MV Sinar Kudus, yang dibajak oleh perompak dari negara yang sama, sekitar setahun sebelumnya.

Para awak FV Naham 3 itu dipaksa untuk bertahan di atas kapal, dengan penjagaan ketat dari para perompak.

"Selama kami di kapal mereka bernegosiasi untuk minta tebusan. Kami bertahan setahun lebih, sampai akhirnya bahan bakar kapal dan bahan makanan habis," ujarnya.

Setelah satu tahun lebih akhirnya ke 28 awak kapal FV Naham 3 di bawa ke daratan.

Ade Manurung mengingat selama di Somalia, sebagian besarnya mereka habiskan di dalam hutan, dan berpindah-pindah untuk menghindari penyergapan.

"Kami di hutan tidur dengan membangun tenda, bahannya seadanya, ada plastik kami bikin tenda," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved