Bikin Haru, Pria Pemulung Ini Setia Bawa Ibunya yang Renta Berkeliling Kumpulkan Barang Bekas
“Saya bisanya duduk di gerobak, kaki saya lagi sakit," kata Sumirah, nenek 73 tahun ini.
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG– Hidup dalam jeratan kemiskinan tak membuat Sugeng Widodo dan ibunya, Sumirah, yang berusia 73 tahun putus asa. Warisan bagi Sugeng dari ibunya adalah keinginan kuat untuk terus hidup dengan bekerja amat tinggi.
Sumirah bersama sang anak, Sugeng Widodo, saban hari bekerja memulung barang-barang bekas di jalanan. Botol plastik menjadi buruan utamanya.
Hampir tiap hari, Sumirah duduk di dalam gerobaknya dari rumahnya di kawasan Pasar Kranjangan, Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang.
Sejak pukul 06.00 WIB, mereka mulai beraktivitas. Sesekali ketika hujan tiba, keduanya berteduh.
Senin (24/10/2016) tadi, hujan turun dan keduanya terlihat berteduh di bawah rindangnya pepohonan di Jalan Pandanaran Semarang, atau di depan kantor Keuskupan Agung Semarang.
Ketika terik matahari menyengat, keduanya meneduhkan diri di bawah rindangnya pepohonan.
Sumirah tetap berada di atas gerobaknya, sementara sang anak setia menunggu di atas trotoar jalan. Dia pun tampak “cuek” ketika para pengendara kendaraan bermotor meliriknya.
“Saya bisanya duduk di gerobak, kaki saya lagi sakit," kata Sumirah, nenek 73 tahun ini.
Sang anak, Sugeng, mengatakan, ibunya terpaksa dibawa lantaran di rumah tidak ada yang mengurus.
Dia tak tega meninggalkan ibunya sendirian di rumah. Sang ibu juga sudah sejak dulu bekerja memulung barang bekas di Jakarta.
Sembari memulung, Sugeng pun nekat membawa ibunya. Ketika gerobak dijalankan, wanita yang duduk di dalamnya itu sesekali diliriknya.
"Di rumah tidak ada siapa-siapa. Adik saya kerja, kasihan kalau ditinggal di rumah. Ibu sudah tua, sudah mulai dan sakit-sakitan, jadi mau enggak mau diajak naik gerobak," ujarnya.
Sugeng mengucapkan, ketika melepas penat di trotoar Jalan Pandanaran, yang hampir tiap hari dilakukannya, ada pengendara yang iba melihat ibunya di dalam gerobak.
Namun tak sedikit yang hanya melihat perjuangan mereka.
Segelas air mineral hingga sebungkus roti sesekali diterima dari para pengendara yang memberinya.