Senin, 29 September 2025

Memburu Jaringan Teroris Santoso

Sumpah Setia Santoso kepada ISIS

Keterkaitan pemimpin kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso dengan kelompok ISIS bermula dari sumpah setia.

Editor: Sanusi
zoom-inlihat foto Sumpah Setia Santoso kepada ISIS
TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/IST
Proses evakuasi tim Satgas Tinombala terhadap dua jenazah di Tambarana, Pegunungan Biru, Poso, Sulawesi Tengah, pada Selasa (18/7/2016). Satu jenazah diduga terduga teroris paling dicari, Santoso. TRIBUNNEWS.COM/ISTIMEWA

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keterkaitan pemimpin kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso dengan kelompok ISIS bermula dari sumpah setia.

Santoso dan kelompoknya menyampaikan sumpah setianya pada ISIS dan pemimpinnya, Abu Bakr Al-Baghdadi, pada Juli 2014 lalu.

Pria itu bahkan menyebut dirinya sebagai komandan pasukan ISIS di Indonesia. Teroris di balik serangan Sarinah, Bahrun Naim, kemudian dikatakan menjadi satu dari WNI yang menjadi pimpinan ISIS di Suriah.

Bahrun juga dianggap sebagai perantara pimpinan ISIS dan Indonesia oleh direktur Global Terrorism Research Centre Monash University, Greg Barton.

Pengakuan sumpah setia itu kemudian menjadi bukti bahwa Santoso dan MIT telah menjalin hubungan dengan kelompok ISIS.

Bahkan, diduga semua kegiatan MIT dibiayai oleh ISIS. Santoso memang tak sebegitu populer di ranah internasional seperti Abu Bakar Baasyir, pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia.

Meski demikian tetap dianggap sebagai figur penting yang memiliki hubungan dengan ISIS dan pimpinan-pimpinan kelompok jihad di Indonesia. Atas dukungannya terhadap ISIS itu, Santoso bahkan di disertakan dalam daftar teroris global yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri AS.

Disertakannya nama Santoso itu membuat semua aset properti Santoso yang mungkin ada di wilayah yurisdiksi AS diblokir aksesnya. Karena dianggap figur penting, kematian Santoso dalam baku tembak pada Senin (18/7/2016) di Poso sangat diharapkan terbukti kebenarannya.

Baku tembak yang melibatkan tim gabungan prajurit TNI dan polisi itu mengakibatkan dua orang meninggal dunia. Satu di antara yang tewas diduga adalah pemimpin kelompok itu, Santoso, yang dicirikan memiliki tahi lalat di dahi, berwajah tirus, dan kurus.

Jika benar, maka itu akan jadi keberhasilan besar bagi otoritas Indonesia atas upaya anti-terorisme yang sudah dilakukan selama ini. Apalagi mengingat ribuan pasukan dan tentara telah dikerahkan untuk memburu pria yang disebut sebagai buron utama Indonesia selama lima tahun ini. (Reuters/Sky News/News.com.au)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan