Kasus Natuna
Insiden 17 Juni di Natuna yang Bikin Jakarta-Beijing Jadi Tegang
Hubungan Jakarta dan Beijing sedikit memanas karena ulah Pemerintah Tiongkok yang mengklaim perairan Natuna.
lihat foto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hubungan Jakarta dan Beijing sedikit memanas karena ulah Pemerintah Tiongkok yang mengklaim perairan Natuna.
Negeri Tirai Bambu, meski mengakui kedaulatan Indonesia atas Natuna, menyebut insiden terjadi di wilayah perairan yang masih memiliki klaim tumpang-tindih.
Insiden bermula ketika Kapal Perang TNI Angkatan Laut (KRI) Imam Bonjol-383 yang sedang berpatroli pada Jumat pekan lalu, 17 Juni, menerima laporan intai udara maritim bahwa ada 12 kapal ikan asing sedang mencuri ikan di Natuna.
KRI Imam Bonjol di bawah Komando Armada RI Kawasan Barat lantas bergerak mendekati kedua belas kapal tersebut.
Namun saat didekati, kapal-kapal itu kabur.KRI Imam Bonjol pun memburu kapal-kapal tersebut dan melepas tembakan peringatan.
Dari sejumlah tembakan, satu mengenai kapal berbendera Tiongkok dengan nomor lambung 19038.
Tembakan itu, menurut mereka melukai satu nelayan. Pemerintah Tiongkok pun mendesak Indonesia untuk tak mengambil tindakan yang dapat memperumit Indonesia.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menilai nota protes yang dilayangkan pemerintah Tiongkok tersebut adalah hal yang lumrah.
"Itu hal yang biasa. Di dalam diplomasi kalo ada satu peristiwa yang terjadi kemudian nota dilayangkan itu adalah hal yang lumrah," ujar Retno.Ia menuturkan Indonesia juga akan melayangkan nota protes jika mengalami masalah serupa.
"Kita juga melakukan hal itu dan tugas kita adalah merespon nota tersebut atau menjelaskan mengenai nota tersebut, jadi enggak ada masalah," ujarnya.
