Jumat, 3 Oktober 2025

ABG Tewas Diperkosa

Puisi dan Lilin untuk UU Penghapusan Kekerasan Seksual

Dari 2001 sampai 2012, setiap dua jam terdapat tiga perempuan, termasuk anak-anak di bawah umur, menjadi korban kekerasan seksual.

Penulis: Wahyu Aji
TRIBUNENWS.COM/WAHYU AJI
Yohana Yembise, Menteri Kebudayaan Anies Baswedan dan Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin berkumpul bersama ratusan aktivis di Tugu Proklamasi Jakarta, berdoa, sambil menyalakan lilin dalam acara Save Our Sisters, Jumat (13/5/2016) malam. Mereka berdoa, berorasi sampai menggelar talk show memprotes kekerasan seksual. 

Siang itu
2 April hari sabtu
Dari sekolah kubawa bendera
Tugasku mencucinya di rumah
Untuk hari senin upacara

Tiada istimewa
Kulewati kebun karet biasa
aku pulang sendiri
berjalan kaki
Seperti saban hari

Sambil berjalan selalu
Kubayangkan cita-citaku
menjadi guru
14 tahun sudah usiaku
Kuingin sekali membuatmu bangga ibu

Di dahan pohon itu
Kulihat seekor burung berkicau selalu
Tak pernah kulihat sebelumnya
Kicauannya kudengar tiada pernah

Aku terdiam berhenti
Menyimaknya dengan teliti
Entah mengapa
Hatiku tiba tiba hampa
Seperti luka
Yang menganga

Aku terus saja berjalan
Kujumpa remaja bergerombol belasan
Kukenali yang ini dan itu
Mereka kakak kelasku

Tapi aku mulai was-was
Karena mereka bau minum keras
Mata mereka ganas
Menjelma menjadi harimau buas

Tapi ibu
Cepat sekali mereka menerkamku
Dengan paksa ingin menciumku
Astaga, mereka merobek bajuku

Aku takut, ibu
Kupanggil namamu
Aku melawan sebisaku
Sekuat tenagaku
Aku meronta
Aku berteriak
Aku menangis keras

Tapi mereka lebih kuat, ibu
Mereka pukul kepalaku
keras sekali dengan kayu
Mereka ikat tanganku
Mereka cekik leherku

Aku mereka bawa paksa
Menjauh ke semak-semak sana
Tempat itu sepi sekali
Tambah membuatku ngeri

Astaga ibuuuuu..
Mereka memperkosaku
Belasan mereka bergiliran
Lagi dan lagi bergantian
Ampuuuunnnn...
Aku menangis
Aku terjang
Melawan yang aku bisa
Berkali- kali ibu
Kupanggil namamu
Hingga tiada lagi rasa
Tiada suara
Tiada warna
Tiada apa

Bunga segar jatuh ke tanah
Tak berdaya dan punah

Ibu, tak kuduga aku mati muda
kini aku di alam berbeda
Kulihat jazadku merana
Mereka tutupi dengan daun
Seolah tanaman yang rimbun

Burung yang aku lihat di kebun karet itu
Kulihat lagi di alamku yang baru
Ia terus berkicau
Kini bisa kulihat suaranya
Di hati banyak orang bergema
Membangunkan nurani sebuah negeri

Kulihat para sahabat di banyak tempat
Menyalakan lilin untukku
Agar tiada lagi kekerasan
Bagi perempuan
Bagi bocah ingusan

Ibu, burung itu berbisik teduh
Ia berkata padaku
Jangan lagi aku bersedih
Kematianku tidak sia-sia
para pejuang di seluruh negeri
Menjadikan deritaku
Sebagai derita mereka

Aku menangis ibu
Terharu
Kukatakan pada burung itu
Jangan lagi ada seperti aku

Jakarta, Mei 2016

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved