Konflik PKS
Fahri Hamzah: Karena Gaya dan Mulut Saya Bisa Meraih Suara Terbanyak di PKS
Dirinya pun tidak mengerti mengapa PKS justru alergi jika kadernya kritis.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah mengatakan dirinya tidak pernah merasa sakit hati jika ada kader-kader PKS menuding dirinya tidak patuh pada pimpinan partai.
Menurutnya, perlawanannya terhadap para pimpinan PKS saat ini semata-mata karena ingin menjadi juru bicara agar seluruh masyarakat termasuk para kader PKS memahami apa yang menjadi hak, kewajiban baik sebagai warga neara maupun kader.
“Marilah kita menari indah, saya ingin menjadi semacam juru bicara agar kita semua memahami apa sebenarnya yang menjadi hak dan kewajiban baik sebagai warga negara maupun kader jika bergabung dalam partai. Saya harap masyarakat dan generasi baru di PKS nanti bisa lebih terbuka,” ujar Fahri di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (12/4/2016).
Fahri menilai keputusan terkait dirinya diambil sangat tertutup dan dirinya sama sekali tidak pernah diminta klarfikasi sebelum diambil keputusan dan bahkan upayanya untuk mendapatkan klarifikasi pun tidak pernah diindahkan.
”Keputusan pemecatan seharusnya dibacakan didepan orang yang bersangkutan. Kepada saya mereka hanya mengirim surat keputusan lewat kurir saja. Mentalitas tertutup seperti ini memunculkan kecurigaan,” ujarnya.
Mentalitas yang tertutup berlebihan seperti ini pun menurutnya yang membuat orang akan mencurigai apapun yang dilakukan PKS.
Dia pun membandingkan zaman Presiden PKS, Anis Matta yang menganggap rileks semua benturan yang terjadi diantara kader.
Semua bisa diselesaikan dengan dialog. “Sekarang yang terjadi tidak ada dialog, tiba-tiba saja jadi delik,” ujarnya.
Terkait sikap banyak kader PKS yang patuh membabi buta terhadap para pimpinan karena sistem di PKS melalui pendidikan pengajian atau liqo yang memang mengajarkan seperti itu, Fahri tidak mau menyalahan sistem itu.
“Tidak ada yang salah dengan sistem itu. Pimpinan partai yang salah membaca dan melangkah,” katanya.
Dia pun meningatkan sikap para pimpinan PKS yang berkuasa secara otoriter dan tidak mau terbuka akan menghancurkan PKS.
”PKS ini orangnya berjuang sukarela. Karena itu kalau dikelola dengan kekuasaan, pasti gagal. Mengelola PKS harus dengan cinta, ukhuwah dan toleransi. Sekarang kader diminta untuk tidak punya kontak dengan saya, dimana nilai ukhuwahnya? Masa orang seperti saya tidak bisa ditertibkan? saya kan sangat terbuka untuk dialog,” ujar Mantan Wasekjen PKS ini.
Dia pun menambahkan salah satu alasannya diganti karena dianggap kerap berbeda pendapat dengan Presiden PKS Sohibul Iman dan Ketua Dewan Tahkim, Hidayat Nur Wahid.
”Kalau saya disalahkan karena beda pendapat, kan belum tentu juga mereka yang benar. Kenapa kalau ada beda pendapat sama mereka bahwa kita harus salah dan mereka harus benar? Saya sendiri selalu mempertanggungjawabkan pikiran dan ucapan saya,” ujarnya.
Fahri pun menegaskan bahwa jika mulutnya dianggap membuat banyak kuping memerah, maka sebagai anggota DPR hal itu dilindungi oleh konstitusi.