Densus Kembali Berhadapan Dengan Autopsi Muhammadiyah Jika Tidak Hati-hati
Kasus ini berkaca pada tewasnya Siyono, terduga teroris asal Klaten yang dinilai janggal.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PP Muhammadiyah mewanti-wanti Densus 88 Mabes Polri agar tidak semena-mena dalam melakukan penangkapan atau penegakan hukum pada para terduga teroris.
Kasus ini berkaca pada tewasnya Siyono, terduga teroris asal Klaten yang dinilai janggal.
Untuk memastikan penyebab kematian Siyono, Komnas HAM meminta dokter Muhammadiyah melakukan autopsi pada Minggu (3/4/2016) kemarin.
Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti pun menghormati proses autopsi dengan mengutus satu dokter forensiknya bergabung bersama dokter Muhammadiyah.
Aktivis Muhammadiyah, Ma'mun Murad AL-barbasy mengatakan peristiwa ini harusnya menjadi pembelajaran bagi Densus 88.
"Dengan otopsi ini kedepan Densus harus hati-hati, kalau tidak nanti akan kembali berhadapan dengan autopsi Muhammadiyah juga. Kalau kedepan ada yang ganjil lagi, ya kami autopsi lagi. Harus dipahami betul," tegas Murad, Kamis (7/4/2016) di Mabes Polri.
Murad melanjutkan dalam kasus ini Muhammadiyah ini menegakkan hukum soal tewasnya Siyono yang dinilai tidak wajar.
"Siyono meninggal tidak wajar itu harus ditegakkan. Muhammadiyah tidak membenarkan siapapun melakukan teror. Kezaliman itu ibu kandung dari teroris," katanya.