Kamis, 2 Oktober 2025

Bakamla Pantau 7 Kapal Asing Bermasalah di Perbatasan

kapal tersebut masuk ke perairan Indonesia melalui timur Pulau Miangas

Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Johnson Simanjuntak
Amriyono Prakoso/Tribunnews.com
Bakamla 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasubdit Penyelenggara Operasi Laut Bakamla, Joko Triwanto mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini sedang memantau tujuh kapal asing besar yang mencurigakan di perairan utara Indonesia.

Berdasarkan pemantauan satelit, kapal tersebut masuk ke perairan Indonesia melalui timur Pulau Miangas menuju perairan Papua.

"Ada tujuh yang sedang kami pantau. Ini kapal besar semua. Ada yang dari China, Jepang, dan Filipina. Bahkan yang dari China ini sudah berada di Indonesia selama sebulan. Dia posisinya sekarang di 50 nautical mile dari perbatasan," ungkapnya di Kantor Bakamla, Jakarta, Rabu (3/2/2016).

Ketujuh kapal tersebut membawa masing-masing 4-5 unit kapal kecil (rumpon) untuk menangkap ikan.

Sementara kapal besarnya berfungsi sebagai pengepul. Semuanya, "bermain" di wilayah perbatasan utara Indonesia bagian timur.

Dia menjelaskan dalam sehari kapal besar yang dicurigai bisa berada di luar perbatasan dan sewaktu-waktu dapat kembali masuk ke wilayah Indonesia jika kapal kecil sudah mengarah ke luar perbatasan.

"Kadang malah, mereka stay di satu titik, kemudian mematikan sistem navigasi beberapa waktu, nanti mereka balik lagi ke tempat kapal besarnya setelah mencuri ikan," ujarnya.

Tidak jarang dari kapal besar tersebut juga mencuri ikan sebanyak 40-100 ton dalam satu kali tangkapan selain dari kapal kecil yang telah diperintahkan untuk mencuri ikan di perairan Indonesia.

"Hasil curian mereka juga bagus-bagus. Jenis ikan Cakalang dan Giant Travelly (Kue) juga mereka sikat. Paling banyak mereka mengambil Tuna Yellow Fin," urai Joko.

Namun, begitu Bakamla mengaku cukup kesulitan untuk menangkap mereka. Sistem radar yang dipakai oleh kapal-kapal tersebut sangat canggih sama seperti yang dipakai di KRI.

Mereka dapat mendeteksi seluruh kegiatan dengan jangkauan mencapai 20 nautical mile.

"Jadi kenanya, mereka kejar-kejaran juga dengan kami. Kalau kami mendekat, mereka bisa cepat keluar dari perbatasan," kata Joko.

Selain dengan teknologi yang canggih, kapal besar tersebut juga dapat memanfaatkan cuaca di Indonesia dan sering mematikan sistem navigasi, sehingga tidak terlacak di satelit yang dimiliki Bakamla.

"Tapi kami optimis, satu kapal bisa kami tangani dalam waktu dekat. Jadi kami bisa langsung intercep ke koordinat yang dituju," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved