Ledakan Bom di Sarinah
SP ke Starbucks Coffee Sarinah Janjian Bertemu Temannya Tapi Ternyata Salah Alamat
SP janjian bersama temannya yang sudah lama tidak bertemu.
Sejumlah operasi telah dilakukan mulai dari operasi luka bakar hingga operasi mata.
"Sudah membaik, kan dia dioperasinya banyak, kecil-kecil, operasi luka bakar tingkat tiga. Ada serpihan kaca kecil sekali di mata, empat jahitan matanya. Selain itu ada serpihan logam di dahinya, tapi tidak masuk kepala hanya di permukaan kulit," paparnya kepada Tribunnews.com.
Dari sekian tindakan medis tersebut, yang terakhir dilakukan adalah operasi tendon tangan kanan, yang dilakukan pada Sabtu lalu.
Meskipun secara keseluruhan dikatakan membaik, menurut Bivitri telinga kanan suaminya belum pulih.
Telinga kanannya belum bisa berfungsi karena ledakan di dalam Starbucks.
"Cuma telinga kanannya belum bisa mendengar. Emang engga bisa denger. Gendang telinga kanannya pecah sedikit," katanya.
Perempuan satu anak tersebut berharap suaminya dapat segera dibawa pulang.
Ia ingin Frank dirawat di rumah sehingga mendapatkan perhatian lebih.
Selama ini, ia harus membagi waktu antara anak dan suaminya. Satu sisi harus selalu mendampingi suaminya, namun satu sisi harus menemani anaknya yang masih usia dini.
"Harus selalu didampingi, karena pendengarannya hilang begitu, apalagi waktu awal matanya habis dioperasi belum terlalu bisa melihat, belum lagi kalau ngobrol sama dokter atau suster terkendala bahasa, karena harus terjemahin juga," katanya.
"Belum lagi kita memikul beban psikologis terutama buat anak saya, yang engga mengerti apa-apa, yang menanyakan kenapa papahnya kena bom, kok ada orang jahat seperti itu," paparnya.
Bivitri mengatakan suaminya terbilang jarang mengunjungi Starbucks, Thamrin, Jakarta.
Suaminya berada di starbucks saat terjadi ledakan untuk bertemu temannya yang sudah lama tidak jumpa.
"Janjian dengan teman dekat yang sudah tidak lama bertemu, yaitu Johan, karena kantor Johan berada di seberang Starbucks jadi janjiannya di situ," katanya.
Namun nahas, sedang asyik berbincang dengan temannya tersebut terjadilah ledakan persis di samping meja keduanya.
Temannya yang bernama Yohannes Antonius Maria atau Johan Keift tersebut juga ikut menjadi korban dan kini dirawat intensif di salah satu rumah sakit di Singapura.
Frank dan Yohannes merupakan teman dekat ketika sama-sama bekerja di UNDP PBB.
Namun Frank berhenti bekerja di PBB, dan kini memilih menjadi konsultan independen tata kelola pemerintahan.