Sabtu, 4 Oktober 2025

Gizi Buruk dan Gizi Lebih Jadi Tantangan Negara Maju dan Berkembang

Beban gizi buruk dan gizi lebih harus dilihat sebagai tantangan pembangunan.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Sugiyarto
TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR
Penderita gizi buruk dan lumpuh layu, Sitti Fatima balita usia 3 tahun memiliki berat badan 5 Kg digendong ibunya di kediamannya Jl Dg Tata III lr 8, Kel Parang Tambung, Kec Tamalate, Makassar, Sulsel, Selasa (17/3/2015). Anak dari Mustari Dg Gassing (42) dan Hamdana Dg Baji (31) terpaksa pasrah merawat anaknya dirumah karena tidak memeiliki dana untuk berobat. TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR 

"Memperhatikan ketahanan pangan artinya mengubah pola pikir dalam melihat definsi hidup yang sehat dan seimbang," kata dia.

Ini senada dengan pendapat banyak ahli bahwa nutrisi perlu diposisikan dalam sisi demand, dan ketahanan pangan dalam sisi supply, agar kekurangan gizi dapat diatasi secara komprehensif.

Mengingat status gizi dan kesehatan yang buruk diasebabkan oleh berbagai faktor, dan mengakibatkan berbagai dampak, semua aktor dalam agenda pembangunan nasional perlu menanggapi isu ini bersama-sama.

Indonesia telah menginisasi gerakan bersama, menyatukan institusi pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan organisasi masyarakat sipil di tingkat nasional untuk mempercepat perbaikan nutrisi dibawah Peraturan Presiden no. 42 /2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.

Kebijakan ini menekankan konsep mengenai betapa pentingnya 1000 hari pertama kehidupan bagi seseorang.

David Navarro menyampaikan apresiasinya terhadap Indonesia yang mengambil insiatif menyelenggarakan forum ini.

“Sungguh baik bahwa di Indonesia nutrisi dilihat bukan sebagai sektor, tapi multi-sektor. Pendekatan yang diimplementasikan Indonesia dapat menjadi norma yang diadopsi oleh negara-negara lain” ujar David.

Mengangkat pentingnya kemitraan, Nila Moeloek menutup acara dengan menekankan kembali Kemitraan dan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan vital untuk meningkatkan status gizi masyarakat.

Semua sektor harus menjalankan peran dan tanggung jawabnya.

Agenda Pembangunan Pasca-2015, atau SDGs, mendorong negara-negara dan pelaku pembangunan lainnya untuk menghadapi tantangan dengan ambisius, dan tidak menjalankan business-as-usual.

Ambisi itu pula yang harus dimiliki dalam menghadapi isu nutrisi, jantung dari pembangunan yang berkelanjutan. (Eko Sutriyanto)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved