Petugas Haji Harus Antisipasi Jamaah Tersesat
Pembekalan terhadap petugas haji menekankan pada fungsi pelayanan jamaah dan perlindungan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meskipun musim haji masih beberapa bulan lagi, tetapi Kementerian Agama dan Kesehatan sudah mempersiapkannya dengan melatih 806 calon petugas haji di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur.
Pembekalan terhadap petugas haji menekankan pada fungsi pelayanan jamaah dan perlindungan, termasuk antisipasi pada saat puncak haji di Arafah dan Mina (Armina).
Kasatops Armina Letnan Kolonel Abu Haris Muntohar menjelaskan jamaah haji hampir rata-rata baru sekali menginjakkan kaki di tanah haram. Meskipun sudah dilakukan manasik sebelum berangkat haji di tanah air, tetapi pada saat pelaksanaannya tentu akan berbeda. Belum lagi saat puncak haji, seluruh jamaah dari seluruh dunia akan berkumpul di Armina.
"(Pada puncak haji) Armina itu tempat bertumpuknya jamaah dari seluruh dunia sehingga menimbulkan masalah karena jamaah harus keluar-masuk tenda, berjalan tiga kilometer di area yang semuanya tenda. Tendanya sama. Jalannya berkelok. Masalah yang sudah pasti ada adalah jamaah tersesat," ungkap Abu Haris saat berbincang dengan wartawan di Asrama Pondok Haji, Jakarta Timur, Selasa (9/6/2015).
Selain itu, alat transportasi pun terbatas saat pelaksanaa puncak haji. Saat jamaah akan menuju Mina dari Mudzdalifah kendaraan yang akan mengangkut jamaah haji Indonesia pun terhambat karena jutaan orang banyak yang jalan kaki menuju Mina.
"Kendaraan akan terhambat karena putarannya terhambat sehingga batas waktunya melewati. Ini yang kita mohon doanya agar pelaksanaan tahun ini lebih baik," ungkapnya.
Untuk petugas sendiri, tentu memiliki tantangan tersendiri dalam mengarahkan para jamaah haji Indonesia. Dikatakan Abu Haris, dalam sebuah kloter saha antara ketua kloter dengan jamaahnya pun tidak semua saling kenal, tentunya hal tersebut akan membuat jamaah akan kesulitan saat berjubel dengan jutaan orang.
"Dalam satu kloter saja, antara petugas kloter dengan jamaah tidak (semua) kenal karena aling hanya ketemu tiga empat kali (di tanah air). Ibarat tubuh belum menyatu. Apalagi petugas non kloter," katanya.
Selain itu, perimbangan jumlah jamaah dan petuhas non-kloter pun cukup jauh dimana 168 800 jamaah haji dilayani 806 petugas haji non kloter dan 534 tamus. Sehingga satu orang petugas haji berbanding 400 jamaah.
"Ini kesulitan tersendiri. Secara personal pun petugas berbeda-beda dari sisi modal dan mental. Makanya kita sinkronisasi lewat pembekalan dan gladi posko," katanya.
806 calon petugas haji tahun 2015 di gembleng selama 10 hari di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur yang dimulai dari 3 Juni 2015 hingga 12 Juni 2015.
Para peserta dibekali berbagai pengetahuan tentang manasik haji, cara pelayanan jamaah, dan sebagainya untuk mensukseskan pelaksanaan musim haji tahun 2015 khususnya bagi jamaah haji Indonesia.