Menteri PU: Sungai di Jakarta 15 Tahun Lagi Sudah Tak ada Airnya
Hanya 15 tahun lagi, tak akan ada sungai yang mengalir di Jakarta
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono hadir dalam diskusi Meja Bundar Internasional soal Penurunan Muka Tanah.
Dalam acara yang digelar di Ruang Pola Balai Kota DKI Jakarta (26/5/2015) sore tersebut, Basuki mengungkapkan akibat penurunan tanah di DKI Jakarta kemungkinan dalam 15 tahun lagi sungai-sungai yang melintas di wilayah ibu kota tidak bisa mengalir lagi.
"Hanya 15 tahun lagi, tak akan ada sungai yang mengalir di Jakarta," ungkap Basuki dengan menggunakan bahasa inggris.
Dikatakan dia, penurunan permukaan tanah atau subsidence di Jakarta setiap tahunnya mebcapai 10 hingga 12 centi meter.
Penurunan permukaan tanah tersebut diakibatkan pengambilan air tanah dalam untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Jakarta secara berlebih menjadi penyebab penurunan muka tanah di ibu kota begitu cepat.
"Selain itu, gedung tinggi menekan dari atas. Kemudian ada 'natural settlement' di atas Jakarta yang tanahnya adalah sedimen laut yang lunak," ujarnya kepada wartawan.
Solusi untuk mencegah terjadinya penurunan muka tanah di Jakarta satu diantaranya dengan menghentikan pengambilan air tanah dalam. Setidaknya gedung-gedung pemerintah di DKI tidak perlu menggunakan air tanah dalam tetapi memanfaatkan PDAM untuk pemenuhan air bersihnya.
"Satu solusinya mungkin walaupun efeknya kecil gedung-gedung pemerintah yang sudah ada sambungan PDAM-nya untuk tidak mengambil air tanah hanya karena gratis," ujarnya.
Sementara dalam jangka panjang, untuk pemenuhan air bersih di Jakarta agar tidak lagi mengambil air tanah dalam maka bisa memanfaatkan air dari waduk Jatiluhur.
Tentunya untuk mengatur pengambilan air tanah dalam yang dilakukan gedung-gedung pemerintah tentu harus ada Peraturan Daerah.
Sementara Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dalam diskusi menjelaskan pihaknya akan menanggulangi penurunan permukaan tanah tersebut dengan membuat reklamasi, selain mencari solusi untuk pengelolaan air.
"Kami sepakat untuk membuat investasi besar dalam pengelolaan air," kata Ahok.
Dalam acara tersebut hadir sejumlah ahli dari luar negeri, antara lain dari Amerika Serikat, Thailand, Belanda, dan Itali. Ada juga ahli dari Indonesia, antara lain Profesor Widjojo Prakoso dari UI, Abdurrachman Assegaf dari Trisakti, Profesor Hasanuddin Z Abidin, Lambok Hutasoit, dan Masyhur Irsyam dari ITB. Ada juga Muhammad Warid dari Badan Geologi.