Sabtu, 4 Oktober 2025

Pejabat Sulsel Diminta untuk Pertahankan Produksi Bahan Pangan

Kelesuan ekonomi yang terjadi di Indonesia mempengaruhi harga komoditas primer dan hasil tambang seperti seperti batu bara dan karet.

Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Kepala Staf Kepresidenan meninjau Gedung Jakarta Convention Center (JCC) di Jakarta, Sabtu (18/4/2015). Kunjungan Wapres tersebut untuk memeriksa kesiapan gedung JCC sebagai tempat berlangsungnya upacara pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika (KAA). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kelesuan ekonomi yang terjadi di Indonesia mempengaruhi harga komoditas primer dan hasil tambang seperti seperti batu bara dan karet. Namun hal itu tidak mempengaruhi harga makanan.

"Di Sulawesi banyak ekspor komoditas makanan, itu tidak turun apalagi beras," kata Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, saat melakukan video conference dengan sejumlah pejabat Sulawesi Selatan, Kamis (7/5/2015).

Wapres yang melakukan video conference dari Istana Wapres di Jakarta Pusat, mengaku yakin perekonomian di Sulawesi Selatan yang mayoritasnya merupakan produsen bahan makanan, pertumbuhan ekonominya lebih stabil dibandingkan daerah lain.

"Selama orang makan ayam, dia butuh makanan ayam," ujar Wapres.

Skala usaha yang termasuk kecil dan menengah di Sulawesi Selatan pun kata dia juga mempengaruhi kestabilan kondisi ekonomi di kampung halamannya itu. Ia mengingatkan para pejabat di Sulawesi Selatan, untuk menjaga hal tersebut.

"Anda harus intensifkan itu," ujar Wapres kepada sejumlah pejabat yang mengikuti video conference seperti, Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto, Kepala Kantor Perwakilan BI Suslel di Makassar, M Dady Aryadi serta, Kepala Bulog Divre Sulawesi Selatan, Abdullah Djawas.

Sedangkan di Sulawesi Bagian Utara yang diketahui kaya dengan nikel, menurut Wapres tidak perlu khawatir. Pemerintah telah mengeluarkan larangan nikel mentah untuk diekspor, dan mewajibkan bahan tambang tersebut untuk diolah terlebih dahulu di smelter.

"Dia akan stagnan sekitar dua tahun, setelah itu dia akan melejit," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved