Prahara Partai Golkar
Dua Pesaing Ical Mulai Pikir Ulang Maju Pemilihan Ketum Golkar
Dua bakal calon Ketua Umum Partai Golkar, Hajriyanto Y Thohari dan MS Hidayat berpikir ulang melawan calon petahanan (incumbent), Aburizal Bakrie
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua bakal calon Ketua Umum Partai Golkar, Hajriyanto Y Thohari dan MS Hidayat berpikir ulang melawan calon petahanan (incumbent), Aburizal Bakrie untuk memperebutkan kursi Golkar 1 dalam Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar, 30 November 2014.
Selain waktu sempit 10 hari untuk persiapan pemenangan, mereka juga mempertimbangkan peta suara dukungan dan 'kekuatan' dana yang perlu disiapkan untuk para pemegang suara DPD Partai Golkar Tingkat I dan II.
"Masih kita pertimbangkan. Yang pasti, saya belum deklarasi. Kira-kira begitu," ujar Hajriyanto saat dihubungi Kamis (20/11/2014).
Hajriyanto yang juga sebagai Ketua DPP Partai Golkar itu mengakui kondisi psikologi politiknya saat ini sama seperti MS Hidayat untuk maju atau tidak dalam pemilihan Ketua Umum Partai Golkar di Munas.
"Kita masih nggak tahu soal itu. Karena seperti Mas MS Hidayat dulu begitu gigihnya ingin maju, tapi sekarang mulai (mengendur semangatnya,-red)," ujarnya.
Hajriyanto menerangkan, sebenarnya dirinya berkeinginan memimpin Partai Golkar karena ingin membawa partai ke arah pembaruan dan regenerasi. Namun, saat ini semangat dan misinya yang kerap disampaikan ke DPP, DPD Tingkat I dan II tersebut terkalahkan oleh kekuatan uang atau politik transaksional.
"DPD dan ormas sambutannya bagus. Cuma kemudian perpolitikan saat ini begitu sarat dengan apa yang disebut dengan keharusan logistik tinggi dan mengarah ke politik transaksional. Sehingga pada akhirnya pikiran pembarun tenggelam dalam gegap gempita dan hiruk-pikuk bahwa politik mengharuskan adanya logistik yang tinggi dan utama. Itu fakta politiknya yang terjadi," ujarnya.
Hajriyanto mengakui sejak lama ada hal lumrah seorang calon Ketua Umum Partai Golkar memberikan atau 'menyiram' dana ke DPD Tingkat I dan II hingga ke DPP untuk mendapatkan suara dukungan. Bahkan, ada pula calon yang tak sepenuhnya memenuhi janji-janji logistik dananya seperti saat pemilihan ketua umum dalam Munas di Pekanbaru, Riau, 2009.
Menurut Hajriyanto, model politik seperti itu lah yang pada akhirnya meracuni kader Partai Golkar. Dan saat ini, model politik seperti itu juga sudah melanda partai politik lain.
Bagi Hajriyanto, pengelolaan sebuah partai memerlukan dana atau logistik. Namun, tidak seharusnya hal tersebut menjadi kriteria utama. "Tapi, yang terjdi akhir-akhir ini, kriteria utama (calon ketua umum) adalah kekuatan logistik. Setelah itu baru mencari kriteria lain yang lain sebagai pembenaran dan jadi pelengkap saja atau bunga-bunga belaka," tuturnya.
Karena waktu persiapan menjelang Munas sangat sempit, sejauh ini Hajriyanto belum membentuk tim sukses atau pun merumuskan strategi pemenangan jika jadi maju dalam pemilihan ketua umum.
"Sowan ke DPD-DPD itu merupakan suatu keharusan. Sebelum-sebelumnya saya sudah sering datang ke DPD untuk kegiatan partai yang sifatnya informal. Tapi, saya belum datang ke DPD-DPD kalau yang secara khusus terkait Munas," ujarnya.
Hasil Rapimnas Partai Golkar pada 18-19 November 2014 di Yogyakarta memutuskan Munas IX digelar di Bandung, Jawa Barat pada 30 November-3 Desember 2014 atau dipercepat dari hasil Munas X Riau, yakni 2015.
Aburizal Bakrie sebagai calon petahana (incumbent) sudah mendeklarasikan diri sebagai calon ketua umum dan siap mempertahankan kursi Golkar 1 yang didudukinya. Pesaing Ical,-sapaan karib Aburizal Bakrie, yakni Agung Laksono, MS Hidayat, Hajriyanto Thohari, Zainuddin Amali, Agus Gumiwang, Airlangga Hartarto dan Priyo Budi Santoso.
Secara terpisah, MS Hidayat hanya bisa berpikir 'realistis' terhadap pencalonannya mengingat sempitnya waktu persiapan.