Ratap Keluarga Korban Pesawat MH17
Vina Panduwinata Yakin 2 Ponakannya Masuk Surga
Shaka Tamaputra Panduwinata (21) dan Miguel Gyasi Panduwinata (13), keponakan diva pop, Vina Panduwinata.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Qodir dan Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - MISTERI jatuhnya pesawat terbang Malaysia Airlines 370 (MH370/MAS370) belum sepenuhnya terungkap. Kapal udara Boeing 777-200ER yang mengangkut 239 kru dan penumpang dari 15 negara itu hilang saat terbang dari Kuala Lumpur menuju Beijing, Tiongkok 8 Maret silam. 12 orang di antara penumpang warga negara Indonesia (WNI). Pesawat milik maskapai penerbangan serupa jatuh lagi. Pesawat berkode penerbangan MH17 mengangkut 295 orang jatuh di dekat perbatasan Ukraina dan Rusia diduga karena ditembak militer, Kamis (17/7) lalu. Pesawat rute dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur, mengangkut 12 orang di dalamnya warga negara Indonesia. Berikut ini kisah penumpang asal Indonesia disajikan secara berseri.
KEPALA Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan Julius Adravida Barata mengatakan, 12 orang asal Indonesia tercatat sebagai penumpang pesawat Malaysia Airlines MH17 yang jatuh ditembak di Ukraina bagian timur, Kamis (17/7) sore waktu setempat. Dari 12 orang itu, seorang di antaranya adalah bayi bernama Clarice Yelena Huizen.
Ini dia nama-nama 11 penumpang lainnya asl Indonesia dalam pesawat naas tersebut; Hadiono Gunawan (laki-laki), Yodricunda Theistiasih (perempuan), Ketut Wiartini (perempuan), Yuli Hastini (perempuan), Vickline Kurniati Kardia (perempuan), Supartini (perempuan), Hendry (laki-laki), Gerda Leliana Lahenda (perempuan), Wether Smallenburg (laki-laki), Jane M Adi Soetjipto (perempuan), dan Wayan Sujana (laki-laki).
Di luar nama-nama itu, ada dua orang lainnya masih keturunan orang Indonesia namun mereka berpaspor Belanda. Mereka adalah Shaka Tamaputra Panduwinata (21) dan Miguel Gyasi Panduwinata (13), keponakan diva pop, Vina Panduwinata.
Mengetahui ponakannya turut menjadi korban, Vina tampak sedih. Pelantun lagu berjudul Burung Camar itu, tak kuasa menyembunyikan kesedihannya di hadapan awak media yang mewawancarainya. Air matanya jatuh membasahi pipinya. Ia menangis. Ia tak menyangka keponakannya yang masih muda itu, harus jadi korban keganasan konflik dua bangsa.
Kenangan terhadap dua keponakannya, yang menjadi korban jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17, menyeruak dalam ingatannya. "Mereka lucu cerdas dan kreatif," kata Vina sembari terisak.
Bibir Vina komat-kamit memanjatkan serangkaian doa untuk korban tewas dalam peristiwa jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 di arena konflik, perbatasan Ukraina dan Rusia. Dua orang ponakan Vina berada dalam pesawat dan telah dinyatakan meninggal.
"Mama Ina minta sama Tuhan, Mama Ina yakin mereka mendapatkan tempat yang baik. Karena, mereka tak bersalah apa-apa. Mereka ada di taman surga," ujar Vina ditemui di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Jumat (18/7) kemarin.
Vina benar-benar tak habis pikir pesawat penumpang Malaysia Airlines MH17 yang jatuh di Ukraina itu, karena tembakan rudal. Entah apa yang ada di benak pelakunya sampai menembak pesawat penumpang itu. "Ini kan pesawat penumpang sipil, bukan pesawat militer atau pesawat tempur," katanya.
Ia berharap semua pihak terkait mengungkapkan secepatnya, siapa yang bertanggungjawab terhadap penembakan pesawat penumpang, sehingga sampai menewaskan dua keponakannya, Shaka Miguel Panduwinata dan Miguel Panduwinatal, yang menjadi penumpang di dalamnya.
"Mama Ina berharap pelaku kemudian dapat diseret ke pengadilan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ini sudah jadi urusan dunia" serunya.
Shaka Tamaputra Panduwinata (21) dan Miguel Gyasi Panduwinata (13), dua keponakan penyanyi tenar tersebut, sebenarnya ingin merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1435 Hijriah bersama keluarga besar di Jakarta.
Miguel dan Shaka, berada di Den Haag, Belanda, sejak empat tahun lalu untuk menimba ilmu. Mereka terbang dari Bandar Udara Internasional Schiphol, Amsterdam, Belanda, Kamis (16/7) menuju Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia. Dari KL, mereka akan melanjutkan perjalanan melalui udara ke Jakarta. "Shaka dan Miguel mau merayakan Lebaran di Jakarta," ucap Boyke Panduwinata, kakak Vina.
Shaka dan Miguel merupakan anak pertama dan anak ketiga dari Jani Panduwinata dan istrinya, Shamira. Jani merupakan bungsu dari 10 kakak beradik Panduwinata, sementara Vina nomor delapan.
Jani dan Shamira, punya empat anak. Tiga anak mereka, yaitu Shaka, Miguel, dan Mikha (19), tinggal di Den Haag, Belanda, ditemani Shamira. Sementara itu, Jani menetap di Jakarta dengan anak bungsu mereka, Karina Panduwinata (6).
Pada Idul Fitri nanti, Miguel dan Shaka akan berkumpul di kediaman ibu Vina, Albertine Supit, di Kompleks Bona Indah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Jani dan Karina memang tinggal di rumah Albertine.
Masih menurut Boyke, seminggu sebelum terbang, Shaka dan Miguel mengontak keluarga mereka di Jakarta. Mereka menyampaikan permintaan kepada Albertine, yang biasa dipanggil Mami oleh para anak dan cucunya.
"Mereka minta dimasakin kornet oleh Mami. Mereka bilang, 'Pokoknya, aku cuma mau kornet bikinan Mami.' Mami memang jago bikin kornet sendiri dan sampai sekarang resepnya belum mau dia kasih tahu ke anak-anaknya," kisah Boyke.
Namun, nasib berkata lain. Shaka dan Miguel menjadi korban dalam peristiwa jatuhnya pesawat MH17. Albertine pun tidak bisa lagi membuatkan kornet untuk kedua cucunya tersebut.
Korban lainnya, Gerda Leliana Lahenda, seorang nenek renta. Usinya 80 tahun. Ia menumpang MH17 naik dari Belanda menuju Jakarta. Tito Adiwibowo, adik ipar Gerda, mengatakan Gerda tidak biasa menumpang Malaysia Airlines. "Biasanya dia naik pesawat lain. Kok ini jadi naik MAS?" ujar Tito di rumah duka, di Jalan Gedung Pinang, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Jumat (18/7).
Tito mengatakan, tak ada tanda-tanda aneh sebelum kepergian Gerda yang kerap dipanggilnya mami. Gerda hanya meminta anak sulungnya menjemput di bandara.
Perempuan dengan dua orang anak, laki-laki dan perempuan, itu terakhir kali berkomunikasi dengan keluarga sehari sebelum naas. "Terakhir telepon anak pertamanya, Andi. Dia ngabarin mau naik pesawat dan mendarat kira-kira (Jumat) pagi ini," tutur Tito.
Namun, ketika keluarga menduga Gerda tengah dalam penerbangan pulang, tiba-tiba muncul kabar pesawat yang ditumpanginya jatuh. Tito mengaku mengetahui hal itu dari siaran televisi. Hingga kemarin, belum ada komunikasi dengan pihak kementerian maupun maskapai penerbangan.
"Setelah kejadian, kami nonton TV dan benar nomor penerbangannya cocok dengan yang ditumpangi mami. Belum ada kontak dari maskapai atau Kemenhub. Tapi, kami tetap menunggu dan ada juga keluarga yang mencari informasi di sana," papar Tito.
Melalui tayangan televisi pula, Tito mengatakan, dia mengetahui di lokasi masih terserak ratusan jenazah korban pesawat naas tersebut. Dia pun berdoa semoga di antara ratusan jenazah tersebut terdapat jenazah Gerda.
"Dari tayangan CNN, saya lihat banyak jenazah di tempat jatuh pesawat itu. Semoga salah satunya jasadnya mami. Biar pulanglah dia," kata Tito penuh harap.
Tito mengatakan, keluarganya sudah mengikhlaskan kepergian Gerda Lahenda. "Kami sudah ikhlas. Ya, memang sudah jalannya begitu, mau diapain," tutur Tito.
Menurut Tito, Gerda memiliki dua anak dan enam cucu. Dia bepergi ke Belanda, dalam rangka mengunjungi saudara. Ia pergi ke Negeri Kincir Angin itu bersama rekannya, Jane M Adi Soetjipto, yang tinggal di Apartemen Bona Vista, yang lokasinya kurang dari 10 km dari Pondok Indah. Lahenda dan Jane berada di Belanda selama tiga bulan. (Bersambung-Bayi Clarice Sedang Lucu-lucunya)