Jumat, 3 Oktober 2025

Jokowi JK

Akademisi: Program Prabowo 2 Juta Sawah Tak Realistis

Dia melanjutkan, kemampuan Indonesia dalam mencetak sawah hanya mampu seluas 10 ribu -20 ribu hektare per tahun.

zoom-inlihat foto Akademisi: Program Prabowo 2 Juta Sawah Tak Realistis
TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR
Capres nomor satu, Prabowo Subianto berpidato didepan relawan saat mengunjungi posko koalisi merah putih di Jl Jenderal Sudirman, Makassar, Sulsel, Selasa (17/6). Posko koalisi merah putih merupakan posko bersama tim pemenangan Prabowo - Hatta di Sulsel. TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR

"Saat ini tak ada tanah tanpa sengketa."

Jakarta - Prabowo Subianto menawarkan program pencetakan sawah baru sebanyak 2 juta hektare. Namun, program ini dianggap tidak realistis.

"Bayangkan, kita masih punya 77 juta hektar lahan yang sudah rusak. Nantinya sebagian hutan itu akan diubah menjadi lahan produksi sawah baru. Sebesar 2 hektar baru untuk sawah dan 2 juta hektar untuk bioetanol. Ada 24 juta orang bekerja," kata Prabowo saat debat calon presiden, Minggu malam.

Namun, program itu dinilai tidak realistis oleh dosen Ekologi Politik IPB Bogor, Dr Arya Hadi Dharmawan. "Program Prabowo yang akan membuat dua juta hektar sawah dalam lima tahun itu dari teori manapun tidak masuk dan tak bisa diimplementasikan," kata dia. Dia mempersilakan tim Prabowo untuk konsultasi ke Bakosurtanal, Kementan RI, Bappenas, Badan Pertanahan Nasional, Kementrian PU, Kemenko Perekonomian RI sampai kepada para ahli pertanahan di IPB.

Dia melanjutkan, kemampuan Indonesia dalam mencetak sawah hanya mampu seluas 10 ribu -20 ribu hektare per tahun. Ini dilakukan dengan dana yang ada, dengan perangkat hukum yang ada, dan dengan teknologi yang ada, serta clearness dalam hal kepastian hukum agraria serta kelayakan ekologi sehamparan yang ada.

Artinya, tambah dia, dalam lima tahun sama hanya mampu mencetak 100 ribu hektare saja. "Ini dengan syarat secara agraria, tanahnya clear and clean dan dalam satu hamparan tanpa konflik dan tanpa sengketa. Namun saat ini tak ada tanah tanpa sengketa," papar dia.

Selain itu, Arya Hadi juga mengkritisi konversi hutan rusak seluas 77 hektare. "Ide ini sangat tidak mungkin untuk dilaksanakan saat ini. Mengkonversi hutan 77 juta hektar atau sekedar 7 juta hektar sekalipun, akan melawan mainstream tentang sustainable development dan prinsip-prinsip sustainable forest management yang akan mengundang kecaman," kata dia.

Hal senada diungkapkan pengamat ekonomi Lin Che Wei, beberapa waktu lalu. Menurutnya, ide cetak sawah baru seluas 2 juta hektare di awang-awang. Alasannya, cetak sawah baru tak bisa dilakukan di Jawa. Padahal, konsentrasi pengangguran ada di Jawa. Selain itu, masyarakat di luar Jawa memiliki penghasilan lebih besar di luar sawah, seperti perkebunan dan pertambangan. "Ini program yang tidak realistis," kata Che Wei. (skj) (Advertorial)

Admin: Sponsored Content
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved