Hariman Siregar: Butuh Kegilaan Bikin Indonesia Lebih Baik
Hariman Siregar mengungkapkan, 40 hari pascameletusnya peristiwa Malari akronim Malapetaka 15 Januari 1974, Indonesia belum banyak berubah
TRIBUN, JAKARTA - Hariman Siregar mengungkapkan, 40 hari pascameletusnya peristiwa Malari akronim Malapetaka 15 Januari 1974, Indonesia belum banyak berubah dalam sektor industri dibandingkan dengan negara lain.
Ditemui usai acara, 'Mengenang 40 Tahun Malari,' di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Rabu (15/1/2014), Hariman yang dikenal sebagai aktivis Malari ini mengaku butuh kegilaan untuk mengubah Indonesia saat ini.
"Kita perlu kegilaan baru dong, sama kayak tahun 1974. Tapi enggak bisa kalau kegilaan datang dari orang tua kayak saya," ungkap Hariman menggebu-gebu.
Menurutnya, proses kelanjutan kepemimpinan di tingkat eksekutif dan legislatif dalam Pemilu 2014, tidak memiliki banyak harapan. Partai politik peserta pemilu, dilihat Hariman enggak pernah beres.
"Kita perlu pemimpin. Kalau ada yang baik harus kita ikuti juga dong. Saya berharap penyederhanaan partai politik bisa terjadi, minimal dengan electoral treshold sampai 15 persen. Itu akan melahirkan tiga parpol saja yang eksis dalam pemilu," katanya.
Hariman melanjutkan, pada dasarnya kegagalan yang melanda Indonesia disebabkan tidak memiliki basis kuat dalam sektor industri. "Harusnya, berapa pun besar biayanya dikasih dong. Ini perlu pengorbanan dan itu sesuatu yang harus dikeluarkan. Masa iya semua barang kita impor," kritik Hariman.