APEC 2013
Gunakan Energi Terbarukan, Bisa Hemat Listrik Rp 1.152 Per Hari
Indonesia ingin mendorong negara anggota APEC agar melakukan inovasi energi, terutama energi listrik.
TRIBUNNEWS.COM - Indonesia ingin mendorong negara anggota APEC agar melakukan inovasi energi, terutama energi listrik. Penggunaan energi listrik lebih hemat jika dibandingkan penggunaan energi yang menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Hal tersebut diutarakan Menteri ESDM Jero Wacik saat menjadi pembicara di Universitar Udayana, Denpasar Bali. Menurutnya saat ini pengguna listrik terus meningkat, sementara stoknya semakin menipis.
Karena itu, Indonesia ingin mendorong negara anggota APEC untuk melakukan inovasi energi listrik. Karena jumlah pembangkit listrik yang menggunakan BBM juga semakin menipis dan harganya kian mahal.
"Indonesia mendorong seluruh negara melakukan inovasi terutama energi listrik. Karena energi listrik yang berasal dari BBM semakin menipis dan suatu saat akan habis. Seluruh menteri anggota APEC sepakat mengembangkan energi baru dan terbarukan secara massif," kata Jero dalam pernyataannya, Minggu (29/9/2013).
Jero menerangkan, energi listrik yang menggunakan energi baru dan terbarukan, pemakaiannya akan lebih hemat. Rata-rata hanya 10 sen dollar AS per hari (Rp 1.153). Sedangkan bila menggunakan energi dari BBM, maka penggunaannya bisa mencapai 40 sen dollar AS per hari (atau sekitar Rp 4.612) , bahkan lebih.
"Ini bertujuan untuk menjaga ketahanan energi dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Indonesia saat ini sedang mengupayakan mengadakan energi baru dan terbarukan," paparnya.
Beberapa energi baru dan terbarukan itu, kata Jero, seperti tenaga surya, tenaga air, tenaga angin, panas bumi atau geothermal dan sebagainya. Menurutnya potensi energi baru dan terbarukan sangat besar di Indonesia. Selain semua energi tersebut dinilainya sangat mudah, murah, dan sangat efektif.
Dalam kesempatan tersebut, Jero juga mengimbau agar masyarakat membudayakan hemat energi. Menurutnya jika semua orang hemat, maka beban negara untuk menyiapkan energi akan lebih ringan.
"Orang berpikir, listrik ini listrik saya. TV, AC, punya saya, saya yang bayar. Betul, tapi negara yang menyiapkan energi itu sangat sulit. Harus keluar uang banyak, waktu dan tenaga. Masa keluar rumah untuk matikan lampu tidak bisa? Tidak nonton TV, matikan TV juga tidak bisa. Ini kan keterlaluan," tandasnya.